"Saya melihat sup kaki kambing masih asing di Solo, tidak seperti di Bandung yang ibaratnya tiap simpang jalan ada. Di Jogja, juga sudah banyak warungnya," kata Rahmad, pemilik warung Sup Kaki Kambing Dua Saudara di Jl Teuku Umar, Keprabon, Solo, Kamis (31/1/2013).
Promosi 3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
Silakan memesan seporsi sup kaki kambing dengan kuantitas sesuai selera. Daging kambing itu diletakkan dalam sebuah baskom besar, isinya daging, kikil, jeroan, babat, kaki kambing hingga torpedo. Daging pilihan pembeli kemudian diiris-iris, dimasukkan ke mangkuk, lalu disiram berulang kali pakai kuah santan panas yang diracik dengan susu full cream. "Ini resep dari haji di Tanah Abang. Kalau pakai susu segar, takutnya rasanya beda, tidak asli lagi dan kuahnya pecah," papar Rahmad.
Setelah itu, kuahnya bisa dicampur sambal, kecap dan perasan jeruk nipis. Tak lupa disertakan emping sebagai topping. Sup kaki kambing di Bandung dan Jakarta biasanya dinikmati saat sore dan malam. Namun di Solo, Rahmad melihat belum banyak sup kaki kambing untuk makan siang.
Warung yang baru beroperasi belum genap sebulan itu buka pukul 11.00-21.00 WIB. Meski baru buka, Rahmad mengaku sudah memiliki pelanggan. "[Pelanggan] merasa cocok dengan kuahnya, di sini khasnya lebih kental," kata dia.
Salah satu pembeli yang Kamis siang menikmati sup kaki kambing adalah, Sholeh, 42, warga Klaten. "Saya cocok di sini. Senang yang ada kuahnya, segar dan gurih," tutur dia.
Dibanding tengkleng atau sate, Sholeh mengakui lebih suka sup kaki kambing yang memiliki cita rasa segar dan hangat di perut. Komposisinya pas di lidah.
Dalam sehari, Rahmad menyediakan hingga tiga setelan atau 12 kaki kambing beserta jeroan, kikil dan bagian daging lainnya. Harganya relatif murah, yaitu Rp3.500 per potong kecuali kaki yang dihargai Rp7.000.
Di Bandung, sup kaki kambing biasanya dilengkapi dengan daging sapi. "Selera orang Bandung lebih kompleks. Di sini saya belum pakai."