by Tika Sekar Arum Jibi Solopos - Espos.id Lifestyle - Senin, 25 Maret 2013 - 01:15 WIB
Ada pula jejak perjuangan Bangsa Indonesia yang dipercaya terekam dalam bentuk batu di dalam gua. Berikut penuturan wartawan SOLOPOS,
Tika Sekar Arum, yang belum lama ini mengunjungi Gua Platar.
Gua Platar tidak terlalu sulit dicari. Letaknya hanya sekitar 300 meter (m) dari tepi jalan Giriwoyo-Giritontro. Saat saya menyambangi gua itu, Sabtu (16/3/2013), saya ditemani juru kunci gua, yang juga Ketua RW 005 Desa Platarejo, Sugiyanto.
Berbekal sebuah senter, saya dan Sugiyanto bergerak memasuki mulut gua selebar 4 m. Di mulut gua ada pohon besar yang tampaknya berumur tua. Sebuah papan kayu yang terlihat rapuh tampak di antara batang pohon bertuliskan Gua Lowo Platar.
Berbekal sebuah senter, saya dan Sugiyanto bergerak memasuki mulut gua selebar 4 m. Di mulut gua ada pohon besar yang tampaknya berumur tua. Sebuah papan kayu yang terlihat rapuh tampak di antara batang pohon bertuliskan Gua Lowo Platar.
Dari mulut gua, Sugiyanto mengajak saya memasuki gua. Pada jarak sekitar 3 m saya tidak memerlukan bantuan senter, sebab cahaya dari luar bisa menyusup masuk. Namun, selebihnya gua gelap gulita. Senter yang kami bawapun sangat berguna.
Cahaya senter menuntun saya menuruni undakan buatan dari tanah dalam karung, menuju bagian dalam gua. Pada posisi itu, bau khas kelelawar alias lowo mulai tercium. Gemericik sungai di dasar gua juga sayup terdengar.
Amben Kantil
Setelah menuruni undakan tanah yang hanya setinggi 1 m, saya bisa merasakan kesegaran air sungai. Sungai di dalam Gua Platar ini melintas di lorong gua yang lebarnya sekitar 2 m. Ketinggian atap dari dasar gua di tempat itu mencapai lebih dari 5 m, sehingga saya leluasa bernapas. Namun, berjalan di dalam kegelapan dengan hanya ditemani cahaya senter tentu sulit, saya pun harus hati-hati.
Lebih-lebih saat memasuki lorong lebih dalam, suasana gelap gulita. Saya pun tidak bisa melihat dengan jelas batu yang bentuknya menyerupai tempat tidur dan meja yang di atasnya ada tumpukan batang padi.
Tempat tidur batu yang dikenal masyarakat dengan nama Amben Kantil dan meja tersebut dipercaya sebagai bukti bahwa di masa penjajahan atau jauh sebelum Indonesia merdeka, rakyat bersembunyi dari kejaran penjajah.
Menurut Sugiyanto, batu unik tersebut berjarak sekitar 10 m dari mulut gua. Kedua batu itu berada pada sebuah ruangan yang cukup lapang. Secara keseluruhan Gua Platar memiliki panjang 600 m dengan bagian ujungnya tertutup berada persis di pekarangan rumah sang juru kunci.
"Panjang gua 600 m, tapi memang buntu karena dulu sempat ada yang longsor di dalamnya. Di dalam juga pengap," ujar dia.
Terlepas dari sejumlah kekurangannya, Gua Platar memang menyimpan potensi alam yang indah. Paduan gua, batu berbentuk unik dan sungai dalam gua akan menjadi magnit wisatawan. Bagi warga, keberadaan gua dan sungainya tak pelak membantu mereka mengatasi masalah air saat musim kemarau.
Warga setempat, Yatmo, mengakui sekilas gua itu memang tidak menarik. Namun jika dikelola dengan baik, Gua Platar pantas disandingkan dengan gua wisata lain.