Sesuai jadwal, pesawat Silk Air yang mengangkut rombongan jurnalis dan biro perjalanan wisata dari Solo dan Jogja berangkat dari Bandara Adi Soemarmo, Boyolali, menuju Singapura pada Kamis (9/1) pukul 09.55 WIB. Perjalanan udara menggunakan Airbus A320-200 terasa nyaman dan tak membosankan. Saya menyetel posisi tempat duduk senyaman mungkin dengan merebahkan sedikit sandaran kursi dan menekuk sandaran kepala.
Promosi Berbagai Program BRI untuk Mendukung Net Zero Emission di 2050
Selama perjalanan, saya juga sempat mengobrol dengan salah seorang penumpang perempuan. Dalam obrolan ringan selama perjalanan, penumpang yang tidak bersedia menyebutkan namanya itu mengaku sebagai tenaga kerja wanita (TKW) yang telah bekerja di Singapura sekitar tiga tahun. Ia bercerita baru saja cuti selama 12 hari di kampung halamannya di Kabupaten Karanganyar.
Sembari bercerita, saya sedikit ”menginterogasinya” untuk mengorek berbagai informasi tentang kehidupan para TKW di Singapura, termasuk berapa gaji yang mereka terima. Namun sayangnya, rencana saya tidak berhasil. Ia hanya mau bercerita soal kesibukannya bekerja di rumah majikannya. Kendati bekerja tanpa libur, ia mengaku nyaman dan betah. Ia juga belum kepikiran untuk meninggalkan pekerjaannya itu dan kembali ke kampung halaman.
“Sebenarnya ada jatah libur. Waktu libur itu sebenarnya juga bisa untuk keluar rumah, tetapi saya lebih senang tinggal di rumah. Lagipula jarak dari rumah menuju tempat pemberhentian bus umum jauh. Yaa, apa saja saya kerjakan di rumah. Namanya pekerjaan rumah tangga kan enggak ada habisnya Mas,” papar dia.
Tak terasa, perjalanan udara saya akhirnya berakhir. Sekitar pukul 13.10 waktu Singapura atau 12.10 WIB, pesawat mendarat di Bandara Internasional Changi, yang saat itu diguyur hujan. Saya dan rombongan bergegas menuju pemeriksaan imigrasi. Antrean panjang sudah menunggu saat saya dan rombongan tiba di sana. Meskipun mengular, mereka mengantre dengan tertib.
Saya langsung menyiapkan paspor yang masih kinyis-kinyis karena baru buat dan kartu izin tinggal sementara. Kartu izin tinggal sementara itu saya dapatkan dari pramugari Silk Air saat masih di pesawat. Kartu itu juga bisa didapatkan di tempat yang disediakan di sekitar lokasi pemeriksaan imigrasi. Keterangan yang ditulis dalam kartu itu antara lain nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarganegaraan, tempat pembuatan paspor, masa berlaku paspor, lama tinggal dan tempat menginap di Singapura, serta tempat atau negara sebelum singgah di Singapura.
Tibalah giliran saya diperiksa. Saat itu jantung saya sedikit berdegup lebih cepat ketimbang biasanya alias degdegan. Ya maklum, karena baru kali itu saya melakukan perjalanan ke luar negeri. Ada rasa waswas saat petugas melihat saya untuk mencocokkan dengan foto yang tertera di paspor. Saya pun merapikan rambut agar terlihat sama dengan foto. Alhamdulillah, pemeriksaan berjalan lancar dan saya diizinkan keluar dari bandara. “Terima kasih,” ujar saya kepada petugas imigrasi sembari tersenyum lega.