Esposin, SOLO – Di era yang serba modern, seseorang dapat dengan mudah terperosok ke jurang gaya hidup mewah. Orang dengan mudah tergiur dan membelanjakan uang dengan barang-barang yang tidak diperlukan.
Promosi Kisah Klaster Usaha Telur Asin Abinisa, Omzet Meningkat Berkat Pemberdayaan BRI
"Kalau hal itu tidak memengaruhi pos pemasukan, akan jadi sia-sia," kata Lutfi Trizki, pendidik keuangan dari Rumah Cerdas Finansial Kak Seto, Kamis (23/7/2015), sebagaimana dilansir Antara.com.
Dia mencotohkan salah satu gaya hidup yang kerap terjadi di kota besar, misalnya membeli penganan kecil di sore hari seusai pulang bekerja. Kebiasaan seperti itu, menurut dia, bukan termasuk bagian dari kebutuhan melainkan keinginan.
"Itu kebiasaan yang bisa dikurangi atau ada juga yang bisa dihilangkan," kata Lutfi.
Memilah antara kebutuhan dan keinginan akan membantu seseorang merencanakan keuangannya. Memiliki tujuan jangka panjang akan membantu meredam keinginan tersebut, misalnya lajang yang berencana menikah akan mulai menyisihkan uang untuk kebutuhan ketika berkeluarga nanti, seperti membeli tempat tinggal.
Tidak berarti keinginan dihilangkan sama sekali, bisa saja, misalnya, berkeinginan berlibur ke luar negeri pada akhir tahun.
Saat menabung untuk keinginan liburan, perhatikan juga apakah uang yang disisihkan per bulan akan mampu mewujudkan rencana tersebut. "Bila tidak, berarti tambah pemasukan," tambahnya.