by Redaksi - Espos.id Lifestyle - Minggu, 28 Maret 2010 - 14:09 WIB
Akibatnya, sejumlah terapis dan karyawan yang ditempatkan di outlet tersebut sempat ngambek dan berniat mengundurkan diri. “Demi kenyamanan kedua belah pihak dan karyawan, kami terpaksa membatalkan kerja sama, outlet itu kami tarik dan seluruh biaya investasi kami kembalikan,” terang Gus Minging, pendiri Nakamura, mengenang lika-liku pengalamannya menjalankan waralaba. Pengalaman itu rupanya jadi pelajaran berharga. Kini Nakamura sangat selektif dalam menjaring mitra bisnis. Tak hanya melakukan pendekatan personal dengan calon franchisee, Nakamura juga menerapkan psikotes bagi calon mitranya tersebut.
“Nakamura dikembangkan dengan visi untuk membantu sesama. Karena itu, kami kurang sreg dengan calon mitra yang hanya fokus soal keuntungan. Mereka juga harus punya semangat untuk berbagi. Yah, intinya chemistry antara kami dan calon mitra harus nyambung dulu baru bisa bekerjasama,” lanjut Gus Minging.
Jatuh bangun mengembangkan waralaba juga sempat dialami oleh Donutboyz. Menurut sang pemilik, Anita Sari SH, masa awal pengembangan Donutboyz melalui sistem waralaba dilewati dengan trial and Menurut sang pemilik, Anita Sari SH, masa awal pengembangan Donutboyz melalui sistem waralaba dilewati dengan trial and error. “Saat itu saya masih buta dengan sistem waralaba. Perjanjian kerjasama pun dibuat sederhana tanpa rincian bentuk kerjasama dan penyelesaian bila ada permasalahan. Alhasil, ditengah jalan ada saja kendala,” aku dia.
Mulai dari franchisee yang sesuka hati mengubah resep sehingga kualitas dan rasa donat yang disajikan berbeda, adapula franchisee yang enggan menuruti aturan sistem yang telah disepakati, seperti bentuk kotak donat yang berbeda, dan bentuk booth yang tak sesuai standar.
Oleh: Esmasari Widyaningtyas