by Nugroho Meidinata - Espos.id Lifestyle - Rabu, 8 Januari 2020 - 07:00 WIB
Esposin, SOLO -- Bahasa Inggris saat ini menjadi salah satu bahasa yang wajib dikuasai oleh setiap orang karena menjadi bahasa komunikasi di luar negeri, pekerjaan, bisnis, hingga kuliah. Bahkan, bagi yang ingin mendapat beasiswa diharuskan melampirkan sertifikat yang menunjukkan kemampuan dalam berbahasa Inggris.
Itulah mengapa lembaga kursus bahasa Inggris mulai menjamur di Indonesia. Dipastikan, bagi mereka yang ingin fasih dalam berbahasa Inggris lebih banyak akan menempuh jalur kursus di lembaga tersebut.
Padahal selain kursus, ada dua cara lain agar fasih dalam berbicara menggunakan bahasa Inggris. Konten yang diunggah pengelola akun Instagram @englishvit, Minggu (5/1/2020), mengungkapkannya.
Cara pertama adalah menikah dengan bule yang fasih atau native speaker bahasa Inggris. Cara kedua adalah berpergian ke luar negeri khususnya Inggris atau Amerika Serikat.
Cara pertama adalah menikah dengan bule yang fasih atau native speaker bahasa Inggris. Cara kedua adalah berpergian ke luar negeri khususnya Inggris atau Amerika Serikat.
Menikah dengan bule menjadi salah satu cara agar fasih berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Ini dikarenakan banyak survei membuktikan semakin sering berinteraksi dengan suatu bahasa, peluang menguasai bahasa tersebut berkali-kali lipat lebih besar.
Banyak warga Indonesia yang menikah dengan bule, beberapa di antaranya adalah wanita berdarah Maluku dan Manado, Pita Henderson, yang menikah dengan Tentara Air Force Amerika Serikat, Travis. Kehidupan mereka bisa dinikmati dalam kanal Youtube Pita's Life.
Selain Pita, ada juga wanita asal Raja Ampat, Papua Barat, Trisna, yang menikah dengan pria asal Jerman bernama Paul. Uniknya, Trisna melalui kanal Youtube miliknya, Keluarga Bahagia di Jerman, mengaku awalnya sama sekali tidak bisa berbahasa Inggris.
Bahkan untuk berkomunikasi dengan Paul, dia sempat meminta bantuan sang kakak yang mengerti bahasa Inggris. Namun, lama-kelamaan dia terbiasa dan fasih dalam menggunakan bahasa Inggris.
Cara kedua, berpergian ke luar negeri khususnya Inggris atau Amerika Serikat, bisa menjadi alternatif. Cara ini tentu menjadi langkah yang efektif dilakukan lantaran mau tidak mau mengharuskan untuk berkomunikasi dengan warga negara asing (WNA) dengan bahasa Inggris.
Ada suatu cerita dalam buku yang ditulis dosen Universitas Indonesia (UI), Rhenald Kasali berjudul 30 Paspor: The Peacekeeper’s Journey yang menugaskan mahasiswa untuk bepergian ke luar negeri seorang diri.
Baca Juga: Persis Solo Evaluasi Permainan Lewat Video Rekaman
Bahkan, mahasiswa dilarang untuk bepergian ke negara-negara yang masih menggunakan bahasa Melayu untuk berkomunikasi seperti Malaysia. Mahasiswa dituntut untuk mencari biaya sendiri untuk melancong ke luar negeri. Alhasil, para mahasiswa ini mampu melakukan manajemen dirinya sendiri termasuk dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris.
Bagaimana, tertarik untuk mencoba?