Esposin, SOLO -- Bagi mahasiswa yang indekos, Ramadan menjadi tantangan tersendiri. Jauh dari orang tua menuntut mereka mandiri. Salah satunya saat berbuka puasa dan sahur. Mereka harus mandiri, mengusahakan makanan sendiri. Kalau perlu, berburu takjil gratisan pun dilakukan.
Ana, seorang mahasiswi di Solo, memilih memasak makanan untuk berbuka dan sahur.
Promosi Kisah Klaster Usaha Telur Asin Abinisa, Omzet Meningkat Berkat Pemberdayaan BRI
“Aku udah nyiapin [sahur] dari pas buka puasa. Aku udah mikirin menunya. Apakah goreng-gorengan atau sayur. Biasanya menu buka aku sisain buat sahur,” ujarnya, Selasa (5/4/2022).
Jika tidak sempat menyiapkannya, dia bangun pukul 02.30 WIB untuk memasak. Berbeda dengan Ana, Hasna yang juga mahasiswi di Solo memilih membeli makanan untuk sahur saat malam hari. “Sebenarnya bisa beli pas sahur, ada yang berjualan. Tapi pilih beli malamnya, lebih santai sahurnya,” kata dia, Rabu (6/4/2022).
Gandi yang juga merupakan mahasiswa di Solo memilih berburu sahur.
“Kalau sahur, pukul 02.30 WIB sudah beli makanan untuk dibungkus. Soalnya ramainya orang umum kalau sudah pukul 03.00-an,” ucap Gandi.
Siti Zaida Hanum, mahasiswi UIN Raden Mas Said Surakarta, mengaku biasa memasak saat Ramadan. Ramadan kali ini, dia memilih membeli sayur matang. "Harga minyak mahal,” ujar Zaida.
Baca Juga: UMS Solo, Pasar Takjil Terlengkap: Semua Dapat Berkah
Setiap sahur, penghuni rumah indekos saling bantu membangunkan. Karena memiliki kebiasaan mengerjakan tugas sampai larut malam, kadang mereka susah dibangunkan untuk sahur.
“Aku biasanya nyuruh temen buat bangunin sih. Soalnya aku susah bangun buat sahur,” ujar Adis Wahyu Saputri, penghuni indekos yang sudah bekerja.
Namun, saat ini banyak warung makan yang menyediakan layanan pengantaran menu sahur. Ada Shopeefood, Gofood, hingga Grabfood yang bisa jadi andalan.
Dalam memilih menu buka dan sahur pun mereka memiliki kriteria tersendiri yang harus dipenuhi.
“Aku berusaha untuk setiap makan ada lauk yang bener-bener lauk. Entah itu ayam atau ikan atau sosis atau daging. Kurma juga sangat diusahakan, kalau misal enggak ada diganti susu atau jus. Sangat menghindari mi untuk makanan saat Ramadan,” ujar Hasna.
Begitu pun juga dengan Ana yang harus makan protein dan karbohidrat dalam menu berbuka dan sahur. Sedangkan Gandi lebih fleksibel, memilih menu sesuai dengan seleranya saat itu.
Baca Juga: Penjual Takjil Kawasan UIN Raden Mas Said Kartasura Raup Berkah Ramadan
Saat waktu sudah mepet ditambah malas ke luar rumah, mereka kadang mengandalkan mi instan dan dan telur.
Hal ini berbeda saat berbuka puasa. Mereka memilih makan di luar kos. Ada yang membeli lauk terus dibawa pulang, sebagian makan di warung sekalian. Ada pula yang pergi ke masjid untuk berburu takjil gratisan.
Buka puasa gratis menjadi andalan anak yang indekos. Tak hanya di masjid, takjil gratis juga sering tersedia di event kampus, bahkan pinggir jalan dekat lampu merah.
“Kalau akhir bulan gitu paling cari menu buka gratisan, biar ngirit,” ujar mahasiswa Agista Galih Pamungkas, dengan tertawa.