Esposin, JAKARTA - Berikut ini mitos dan fakta tentang tabir surya atau sun block, menurut ahli. Kanker kulit dapat dicegah dengan memakai pelindung serta rutin menggunakan tabir surya atau sun block saat beraktivitas di luar.
Namun, masih banyak yang menganggap penggunaan tabir surya tidak esensial untuk mencegah dampak paparan sinar matahari, antara lain karena adanya kesalahpahaman tentang pemakaian tabir surya.
Pada Bulan Kesadaran Kanker Kulit, yang diadakan setiap Mei, ahli dermatologi meluruskan miskonsepsi tentang penggunaan tabir surya guna mendorong orang memanfaatkannya untuk menjaga kesehatan kulit.
Berikut penjelasan ahli dermatologi dari Amerika Serikat, dr. Kendall Egan, tentang mitos dan fakta seputar penggunaan tabir surya sebagaimana dikutip Antara oleh Medical Daily pada Rabu (15/5/2025).
- Mitos - Tabir surya bisa menyebabkan kanker
- Fakta - Penggunaan tabir surya tidak menyebabkan kanker kulit.
Ia mengemukakan bahwa paparan radiasi Ultra Violet (UV), yang dapat meningkatkan risiko kanker kulit, tidak sepenuhnya dapat dihindari dengan menggunakan tabir surya. "Tabir surya tidak sepenuhnya memblokir radiasi UV," katanya.
- Mitos - Tidak perlu menggunakan tabir surya saat cuaca berawan
- Fakta - Tabir surya sebaiknya digunakan setiap hari, bahkan pada saat cuaca berawan.
- Mitos - Jika SPF-nya sudah tinggi maka tidak perlu mengaplikasikan ulang tabir surya.
- Fakta - Tabir surya sebaiknya dipakai ulang setiap dua jam atau lebih sering.
Jika tabir surya memiliki nilai SPF 30, maka secara teoritis orang yang menggunakannya dalam jumlah yang cukup dapat terpapar sinar matahari 30 kali lebih lama sebelum kulitnya menjadi merah atau terbakar dibandingkan jika tidak memakai tabir surya.
- Mitos - Orang berkulit gelap tidak membutuhkan tabir surya.
- Fakta - Apapun warna kulit seseorang, tabir surya tetap diperlukan untuk mencegah paparan sinar UV.
Menurut dia, tabir surya berwarna merupakan pilihan terbaik untuk melindungi wajah dari dampak sinar UV.