Esposin, SOLO -- Royal Ambarrukmo Yogyakarta di usia 10 tahun menyajikan ingatan dalam sentuhan keindahan karya seni berwujud sajian kuliner dan minuman Raja-Raja Kraton Yogyakarta yang tercipta penuh makna di era Sri Sultan Hamengku Buwono VII hingga Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Selain itu juga mengulik kembali filosofi batik kecintaan Sri Sultan Hamengku Buwono VII yaitu batik motif Kawung serta sekelumit kisah Batik Truntum yang diadaptasi oleh Royal Ambarrukmo dalam bentuk logo hotel, seragam, serta dekorasi interior hotel.
Promosi 3 Tahun Holding UMi BRI, Layani 176 Juta Nasabah Simpanan dan 36,1 Juta Debitur
Kuliner dan batik menjadi sebuah kesatuan yang disajikan secara kuat dan mendalam oleh Royal Ambarrukmo Yogyakarta di acara Dasawarsa Rasa Indonesia dengan kerja sama yang apik bareng Afif Syakur, pengrajin batik kenamaan sekaligus pemilik brand Apip’s Batik.
Di ranah kuliner, Royal Ambarrukmo menggandeng Prof. Dr. Ir. Murdijati Gardjito, seorang peneliti dan pemerhati gastronomi pertama di Indonesia, yang begitu memahami berbagai sajian Indonesia mulai dari sejarah, proses penciptaan hingga masuk ke ranah sajian bangsawan Kraton Yogyakarta di masa lalu.
Menu-menu yang dihidupkan kembali di Royal Ambarrukmo Yogyakarta dihasilkan setelah melalui riset panjang dan mendalam, sehingga para tamu nantinya tidak hanya diajak menikmati kelezatan menu namun sekaligus memperkaya wawasan sejarah seni dapur bangsawan Yogyakarta.
Berikut 12 menu minuman dan makanan yang diluncurkan di acara perayaan ulang tahun ke-10 Royal Ambarrukmo pada 30 Oktober lalu di Pendopo Agung Ambarrukmo:
1. Bir Jawa
Nama Bir Jawa ini merupakan sebuah diplomasi gastronomi yang menciptakan citra di hadapan masyarakat Yogyakarta waktu itu bahwa Kasultanan Yogyakarta mampu memberi masyarakatnya minum bir. Bir Jawa lahir di era Sri Sultan Hamengku Buwono VII dan berlanjut hingga era Sri Sultan Hamengku Buwono VIII .2. Roti Jok Semur Ayam
Meski namanya kurang menarik, namun hidangan ini dihasilkan dari pemikiran implementatif para Raden Ayu untuk bisa membuat roti dipadu semur yang khas rempah Indonesia. Rotinya dibuat dengan mengganti terigu dengan tepung beras sehingga menimbulkan cita rasa roti yang berbeda. Hidangan yang hanya beredar di kalangan bangsawan ini hampir punah, padahal menu ini adalah salah satu kegemaran Sri Sultan Hamengku Buwono VII.
3. Ledre Pisang
Ledre merupakan pengembangan dari hidangan panekuk yang mengalami perjalanan panjang dari perubahan bentuk dan isian. Ledre yang digubah para Raden Ayu ini menggunakan layah untuk memasak adonan tipis yang diisi pisang raja kemudian dilipat dan menjadi kudapan manis4. Salad Mentimun
Salad mentimun merupakan kersanan Pangeran Mangkubumi dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Mentimun dipilih sebagai salad karena mentimun diketahui dapat menurunkan tekanan darah, segar dan menenangkan.5. Nasi Pandan Wangi
Nasi yang diolah dengan cara memasak yang berbeda sehingga menimbulkan daya tarik yang berbeda dari warna dan aromanya. Nasi pandan wangi atau dhahar ijem ini merupakan kegemaran Sri Sultan Hamengku Buwono VIII dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX6. Dendeng Age
Asli masakan Yogyakarta, berbahan dasar daging sapi yang dimasak berulang-ulang dengan bumbu dan rempah yang sedap hingga meresap dan membuat cita rasa Dendeng Age ini digemari Sri Sultan Hamengku Buwono VII. Salah satu suguhan Kraton Yogyakarta untuk State Banquet bagi tamu-tamu Belanda.7. Sapitan Lidah
Hidangan Eropa yang masuk ke Jawa ini memiliki resep yang sama dengan Dendeng Age, ini adalah menu kegemaran Sri Sultan Hamengku Buwono VIII yang menyukai hidangan-hidangan Eropa. Kesukaannya pada menu Eropa adalah salah satu strategi untuk memahami pola piker bangsa Eropa agar tidak mudah disiasati pemerintah Hindia-Belanda.8. Zwaart Zuur
Diambil dari Bahasa Belanda, zwaart artinya hitam dan zuur berasal dari kata asam. Berbahan dasar daging bebek yang menjadi kegemaran Sri Sultan Hamengku Buwono IX, terlebih saat beliau tinggal di keluarga Belanda. Menu ini diolah dengan kedondong atau manga muda, sehingga menimbulkan sensasi segar asam yang lezat.
9. Lombok Kethok Sandung Lamur
Menu ini lahir di era Sri Sultan Hamengku Buwono VII dengan bahan dasar daging sandung lamur dengan sensasi manis, gurih dan pedas. Di olah kembali di masa Sri Sultan Hamengku Buwono IX dengan bahan dasar ayam goreng, kegemaran beliau.10. Setup Pakis Taji
Yang dimasak adalah pucuk tanaman pakis yang dikukus sebentar dan membuat rasanya tidak terlalu dominan. Masakan ini dianggap istimewa karena olahan menu dari pucuk-pucuk tanaman biasanya berada di tempat yang tinggi dan memiliki kandungan unsur fitokimia seperti tannin dan alkaloid lain masih tinggi.
11. Rondo Topo Dengan Saus Karamel
Merupakan tinggalan kuliner Portugis, karakternya sama dengan puding telur. Menu yang di Kraton disebut Rondo Topo ini merupakan hidangan yang disiapkan khusus untuk bangsawan.12. Teh Wangi
Teh wangi adalah ciptaan rakyat sebagai bentuk protes kepada pemerintahan Belanda karena rakyat waktu itu hanya boleh minum teh dari ekstraksi gagang teh, bukan dari daunnya. Daun teh diekspor oleh Belanda menjadi teh hitam dan harganya sangat mahal. Lalu masyarakat Jawa Tengah mengolah teh yang disangrai bersama bunga melati hingga aroma teh wangi menyerap dari bunga melati. Oleh sebab itu teh wangi digunakan sebagai simbol nasionalisme.