Sekilas kebiasaan tersebut nampak lucu, namun studi yang dilakukan baru-baru ini oleh para ilmuwan mengungkapkan ritual itu ternyata dapat membuat makanan Anda terasa lebih enak.
Promosi Agen BRILink Mariyati, Pahlawan Inklusi Keuangan dari Pulau Lae-lae Makassar
Sebagaimana diwartakan laman Dailymail, belum lama ini, para peneliti di Carlson School of Management, University of Minnesota, Amerika Serikat, mengkalim mengambil foto sebelum makan akan meningkatkan kepekaan indra. Mereka yang melakukannya akan merasakan perbedaan, dan merasa ingin terus melakukannya.
Menurut salah satu profesor di Carlson School of Management, Kathleen Vohs, sebelumnya ia sempat bertanya-tanya mengenai kekuatan ritual yang dilakukan orang sebelum makan dan minum.
"Setiap kali saya memesan espresso, saya akan mengambil satu bungkus gula dan mengocoknya, kemudian saya akan membuka bungkus itu dan menuangkan setengahnya. Saya lalu mencicipinya, dan mendapati bahwa rasanya belum manis. Akhirnya, saya akan menuangkan setengah bungkus gula yang tersisa. Hal ini menunjukkan, bahwa ritual tersebut tidaklah fungsional, tapi saya tidak ingin melewatkan hak saya untuk menuangkan gula dengan cara yang saya hendaki," ujar Profesor Vohs.
Profesor Vohs dan beberapa rekannya kemudian melakukan beberapa percobaan untuk menyelidiki bagaimana perilaku ritualistik dapat mempengaruhi rasa makanan. Hasil penelitian menunjukkan orang yang melakukan ritual sebelum makan lebih menikmati makanan mereka dan bersedia membayar makanan dengan harga yang lebih tinggi.
Peneliti juga menemukan bahwa keterlibatan pribadi dalam ritual merupakan hal yang penting, artinya kita tidak akan mendapatkan pengalaman yang menyenangkan saat makan jika hanya melihat orang lain melakukan ritual tersebut.
Kebiasaan mengambil foto makanan sebelum makan mungkin terlihat sepele dan biasa, namun para peneliti mencatat bahwa efek yang dihasilkan cukup nyata. Hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa ritual-riual lain di luar waktu makan, bisa jadi juga memiliki peran yang penting.
"Kami berpikir untuk membuat pasien melakukan ritual sebelum operasi, dan kemudian mengukur rasa sakit pasca operasi, serta menghitung seberapa cepat mereka sembuh," imbuh Profesor Vohs.