Esposin, SOLO – Iktikaf menjadi salah satu amalan penting yang dapat dilaksanakan di bulan puasa. Iktikaf hendaknya dipakai untuk amalan-amalan untuk beribadah kepada Allah.
Promosi 12 Pemain BRI Liga 1 Perkuat Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia
Laman Muslim.or.id menjelaskan kata iktikaf (I’tikaf) berasal dari ‘akafa alaihi’, artinya senantiasa atau berkemauan kuat untuk menetapi sesuatu atau setia kepada sesuatu. Secara harfiah kata i’tikaf berarti tinggal di suatu tempat, sedangkan syar’iyah kata i’tikaf berarti tinggal di masjid untuk beberapa hari, teristimewa sepuluh hari terakhir bulan Ramadan. (Baca Juga: Inilah Waktu Terbaik untuk Melakukan Iktikaf)
Selama hari-hari itu, seorang yang melakukan iktikaf (mu’takif) mengasingkan diri dari segala urusan duniawi dan menggantinya dengan kesibukan ibadah dan zikir kepada Allah dengan sepenuh hati.
Amalan ibadah yang dapat dilakukan saat iktikaf salah satunya adalah salat. Salat merupakan seutama-utamanya ibadah dan paling besar pahalanya. Salat yang dapat diamalkan saat beriktikaf diantaranya adalah tarawih, qiyamulail, witir hingga subuh, duha dan salat sunah rawatib seperti qabliyah dan ba’diyah.
Amalan kedua adalah memperbanyak membaca Alquran. Dengan membaca Alquran hati akan menjadi tenang dan jiwa menjadi tentram. Terlebih, pahala membaca Alquran juga amat besar.
Rasulullah SAW bersabda, ‘’Bacalah oleh kalian Alquran. Karena sesungguhnya Alquran itu akan datang menghampiri kalian di hari kiamat sebagai syafaat.’’ (HR Muslim).
Selain membaca, amalan lain adalah mempelajari Alquran dan memahami isinya. (Baca Juga: Bolehkah Melaksanakan Salat Tahajud Setelah Salat Witir?)
Amalan ketiga adalah berzikir. Semua bentuk zikir sangat dianjurkan untuk dibaca pada saat iktikaf. Namun lebih diutamakan zikir yang lafaznya dari Alquran atau diriwayatkan dari sunah Rasulullah SAW secara shahih. Jenis lafadznya sangat banyak dan beragam, tetapi tidak ada ketentuan harus disusun secara baku dan seragam. Juga tidak harus dibatasi jumlah hitungannya.
Amalan Saat Iktikaf
Menurut para ulama, zikir merupakan salah satu ibadah khusus untuk bertaqarub kepada Allah SWT. Sesungguhnya, menyibukkan diri saat itikaf dengan berzikir akan mendapat pahala yang besar.
Amalan selanjutnya adalah bershalawat. Allah SWT telah memerintahkan kepada kita untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Bershalawat menjadi salah satu sebab turunnya rahmat Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, ‘’Siapa saja yang bershalawat kepadaku sekali, maka Allah memberinya rahmat sepuluh.’’ (HR Muslim).
Yang perlu diperhatikan saat beriktikaf adalah mengurangi hubungan dengan orang banyak. Para ulama mengatakan lebih disukai, jika iktikaf telah selesai, makan dapat disambung dengan berdiam diri hingga malam menjelang Idul Fitri. Kemudian, keesokan harinya keluar dari masjid tempat iktikaf menuju tempat salat Idul Fitri. Dengan demikian, kita telah menyambung dari satu ibadah ke ibadah yang lainnya. (Baca Juga: Lailatul Qadar: Begini Penjelasan “Malam 1.000 Bulan”)
Rasulullah SAW bersabda, ‘’Barangsiapa bangun (untuk beribadah) pada dua malam Ied dengan mengharapkan pahala dari Allah, maka Allah tidak akan mematikan hatinya pada saat dimatikannya semua hati.''
Namun dari semua kegiatan di atas, bukan berarti seorang yang beriktikaf tidak boleh melakukan apapun. Mereka yang beriktikaf tetap boleh makan di malam hari, boleh istirahat, tidur, berbicara, mandi, buang air, bahkan boleh hanya diam saja. Sebab makna iktikaf memang diam. Tetapi bukan berarti diam saja sepanjang waktu iktikaf.