by Danang Nur Ihsan - Espos.id Lifestyle - Minggu, 11 Oktober 2020 - 00:03 WIB
Esposin, SOLO -- Konsumsi mi instan di seluruh dunia tergolong tinggi karena rata-rata tiap penduduk dunia mengonsumsi 13 bungkus mi instan per tahun. Artinya sekitar 103,6 miliar bungkus mi instan terjual setiap tahunnya. Meski banyak digemari, kandungan bumbu mi instan kerap jadi sorotan.
Mi instan pada awalnya dibuat Momofuku Ando pada 1958. Ia adalah pendiri perusahaan Nissin yang memproduksi mi instan pertama di dunia yaitu Chicken Ramen (ramen adalah sejenis mi Jepang) rasa ayam. Beberapa tahun kemudian Nissin memperkenalkan mi dalam gelas bermerek Cup Noodle. Setelah itu, konsumsi mi instan terus naik.
Mi instan diproduksi sebagai makanan yang praktis dalam pengolahannya serta dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama. Mi instan diolah dengan cara dimasak terlebih dahulu dan dicampur dengan minyak.
Deretan Artis yang Tolak Omnibus Law, Nomor 1 Singgung Pengkhianat
Deretan Artis yang Tolak Omnibus Law, Nomor 1 Singgung Pengkhianat
Selain itu, bisa juga dipersiapkan untuk konsumsi hanya dengan menambahkan air panas dan bumbu-bumbu yang sudah ada dalam paketnya. Kandungan bumbu dalam mi instan ini yang kerap menjadi sorotan.
Mi instan biasanya diolah dari campuran tepung. Untuk bumbunya ada minyak sayur, garam, dan beberapa bahan aditif. Seperti natrium polifosfat (yang berfungsi sebagai pengemulsi penstabil), natrium karbonat, kalium karbonat (yang berfungsi sebagai pengatur asam), serta tartrazine (pewarna kuning), dan monosodim glutamat (penguat rasa).
Ini Alasan Kadang Kita Mengalami Deja Vu
Pada proses pembuatan mi instan ini dilakukan fortifikasi yaitu penambahan beberapa jenis zat gizi mikro yaitu vitamin A, vitamin B kompleks dan zat besi.
Energi yang kita dapatkan dari mi instan diperoleh dari zat gizi karbohidrat, protein, dan lemak. Karena proses pembuatannya menggunakan pengolahan dengan minyak, hampir 30% energi tersebut kita peroleh dari minyak (mi instan dan bumbunya).
Menurut pakar kesehatan, kandungan bumbu mi instan yang menjadi perhatian adalah monosodium glutamat (MS). Tingginya kadar garam dan bumbu perasa inilah yang membuat mi instan memiliki rasa yang sangat enak.
Masalahnya mengonsumsi berbagai kandungan ini dalam jumlah yang tinggi dan frekuensi yang sering bisa memicu dampak buruk bagi kesehatan.
Dubai Bakal Punya Air Mancur Termegah di Dunia
Pakar kesehatan menyebutkan konsumsi MSG dalam jumlah tinggi ikut berandil dalam kenaikan berat badan. Kemudian tekanan darah, hingga risiko untuk terkena mual-mual dan nyeri kepala.
Kandungan garam yang tinggi dalam bumbu mi instan juga bisa memberikan dampak buruk bagi kesehatan tubuh, khususnya pada organ kardiovaskular atau pada organ ginjal.
The World Instant Noodles Association (WINA) menyatakan produsen berupaya memastikan keamanan pangan dari hasil produksi mi instan dengan berbagi informasi tentang keamanan pangan dan mengadakan Konferensi Keamanan Pangan. Perusahaan anggota WINA juga bekerja terus-menerus untuk meningkatkan kualitas produk mereka untuk menjamin keamanan pangan.
Doraemon: Stand By Me 2 Tayang 2 November 2020
Jika ingin mengonsumsi mi instan, pakar kesehatan menyarankan untuk tidak menggunakan seluruh bumbunya dan menambahkan beberapa macam sayuran atau lauk seperti telur dan daging ayam agar kita bisa mendapatkan kandungan nutrisi lainnya.