style
Langganan

PPKM Mikro Mestinya Dukung Penanganan Klaster Keluarga - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Cahyadi Kurniawan  - Espos.id Lifestyle  -  Minggu, 21 Maret 2021 - 05:30 WIB

ESPOS.ID - Ilustrasi klaster Covid-19. (Freepik)

Esposin, SOLO — Kontak erat menjadi subjek dominan dalam klaster keluarga selama setahun pandemi virus corona jenis baru di Indonesia. Karena itu, kontak erat menjadi perhatian dalam pengendalian klaster keluarga Covid-19 di level mikro melalui pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM.

Pengendalian Covid-19 dalam PPKM mikro dianggap sebagai kunci memutus rantai penularan Covid-19. Lebih menarik lagi, dari klaster keluarga ini, penularan bisa terjadi dari tiga aspek, yakni anggota keluarga, anak, dan tetangga. Mereka terinfeksi lantaran berada dalam jarak kurang dari satu meter selama lebih dari 15 menit.

Advertisement

Kondisi ini membikin kebijakan pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Mikro menjadi relevan. Sebab, pengendalian Covid-19 difokuskan kepada wilayah terdampak dan melibatkan banyak pihak.

Baca Juga: Ini Permintaan SBY ke Jokowi...

Advertisement

Baca Juga: Ini Permintaan SBY ke Jokowi...

“PPKM Mikro lebih targeted menyesuaikan daerah terdampak. Ini masalah kesehatan tapi tidak hanya dilakukan oleh orang kesehatan melainkan butuh banyak pihak,” kata Ketua Bidang Data Dan Teknologi Informasi Satgas Covid-19, Dewi Nur Aisyah, dalam talkshow virtual yang digelar Satgas Penanganan Covid-19, Rabu (10/3/2021).

Tak hanya itu, meski ditetapkan hanya di sejumlah provinsi prioritas, PPKM Mikro banyak diikuti oleh pemerintah daerah di provinsi lain. Di seluruh Indonesia terdapat lebih dari 23.000 posko di 34 provinsi. Hal ini mengindikasikan kekompakan bersama menyelesaikan pandemi di wilayah masing-masing.

Advertisement

Baca Juga: Peluang Bisnis Air Minum Isi Ulang

Namun, jumlah korban meninggal dunia akibat Covid-19 justru tinggi pada kelompok usia di atas 46 tahun sebesar 60%-70%.  “Jadi, yang terkena Covid-19 ini usia produktif, tapi yang meninggal banyak di usia lanjut," ujar Dewi.Risiko Meninggal Dunia

Hasil studi juga menemukan kelompok usia 31-45 tahun berisiko meninggal dunia 2,4 kali lipat dibanding kelompok usia 19-30 tahun. Risiko lebih tinggi terjadi pada kelompok usia 46-59 tahun sebesar 8,5 kali lipat. Risiko paling tinggi ada pada kelompok usia di atas 60 tahun yakni 19,5 kali lipat.

Advertisement

Dilihat berdasarkan jenis kelamin, lanjut Dewi, laki-laki memiliki risiko 1,4 kali meninggal dunia daripada perempuan apabila terinfeksi Covid-19. Studi ini juga mengungkap korban meninggal dunia dari kelompok laki-laki mencapai 60%.

Baca Juga: Peluang Bisnis Beanbag Nan Empuk

“Jumlah komorbid juga berpengaruh. Jumlah komorbid hanya 1 berisiko 6,5 kali lipat meninggal dunia. Jumlah komorbid dua berisiko 15 kali lipat, dan jumlah komorbid lebih dari atau sama dengan 3 berisiko 29 kali lipat,” ujar Dewi.

Advertisement

Temuan lainnya adalah data per November 2020 – Februari 2021, di Indonesia ditemukan baru 77,8% dari target 80% pasien terkonfirmasi yang dilacak kontak eratnya. Selain itu, baru 37,85 dari target 80% dilakukan pemantauan terhadap kontak erat.

Penelusuran kontak erat juga baru mencapai 3,5 dari target 10-30 orang per 1 kasus terkonfirmasi. Pada periode ini terdapat 112.327 pasien terkonfirmasi dengan jumlah kontak erat 390.383 orang. Dari jumlah ini 242.635 kontak erat masih dalam pemantauan dan 147.748 orang berstatus selesai. Menurut Dewi, kendala terbesar dari penelusuran dan pemantauan kontak erat adalah terbatasnya jumlah SDM. Gap kebutuhan SDM makin tinggi ketika terjadi lonjakan kasus terkonfirmasi.

https://www.youtube.com/watch?v=8ZYZR5ESlcQ

KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

Advertisement
Rahmat Wibisono - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif