by Chelin Indra Sushmita - Espos.id Lifestyle - Selasa, 14 Januari 2020 - 02:00 WIB
Hasil penelitian itu memaparkan anak-anak yang terpapar polusi udara tingkat tinggi lebih berisiko mengalami skizofrenia saat dewasa.
"Studi ini menunjukkan semakin tinggi tingkat polusi udara, semakin tinggi risiko skizofrenia. Anak-anak yang terpapar di atas 25 g/m3 berisiko 60 persen lebih besar terkena skizofrenia dibandingkan dengan mereka yang terpapar kurang dari 10 g/m3," kata Peneliti Senior Henriette Thisted Horsdal, seperti dikutip dari Science Daily, Senin (13/1/2020).
Sementara bagi mereka yang terpapar polusi udara di tingkat terendah, risiko terkena skizofrenia di bawah dua persen.
Sebagai informasi, skizofrenia adalah gangguan mental yang terjadi dalam jangka panjang. Gangguan mental ini menyebabkan penderitanya berhalusinasi, delusi atau waham, kekacauan berpikir, dan perubahan perilaku.
Gejala awal skizofrenia umumnya muncul di masa remaja sehingga sering dianggap wajar terjadi pada remaja. Gejala penyakit ini antara lain cenderung mengasingkan diri dari orang lain, mudah marah dan depresi, perubahan pola tidur, kurang konsentrasi serta motivasi.
Henriette Thisted mengatakan, risiko seseorang mengembangkan skizofrenia lebih tinggi jika ada kecenderungan genetik.
"Data kami menunjukkan, hubungan ini tidak tergantung satu sama lain. Hubungan antara polusi udara dan skizofrenia tidak dapat dijelaskan dengan riwayat genetik pada orang yang tumbuh di daerah dengan tingkat polusi udara yang tinggi," kata dia.
Dalam penelitian ini, peneliti melibatkan 23.355 orang dan 3.531 orang di antaranya mengembangkan skizofrenia. Meskipun hasilnya menunjukkan peningkatan risiko skizofrenia akibat paparan polusi udara tinggi selama masa kanak-kanak, para peneliti tidak dapat menjelaskan penyebabnya. Mereka menekankan, perlunya studi lebih lanjut untuk dapat mengidentifikasi penyebab.