Nyatanya, memaknai menu penyet harus lebih obyektif. Pasalnya, tak semua penyet selalu penyek. Konon malah sajian dari tempat aslinya, menu penyet sebenarnya tak berwujud penyek. Belakangan ini saja, muncul menu penyet dalam dua versi.
Promosi UMKM Binaan BRI, Minimizu Bawa Keunikan Dekorasi Alam ke Pameran Kriyanusa 2024
“Setahu saya, yang dinamakan penyet itu maksudnya sambal penyet atau kalau di sini lebih populer dengan sambal terasi,” ujar Gunawan dari rumah makan Bebek Penyet Jl Gajah Mada, Solo. Sehingga, lanjut Gunawan penyajian penyet tak ubahnya dengan sajian daging ayam atau bebek yang digoreng dengan sambal tersendiri. Lalu menikmatinya dengan istilah dicocol. Menurutnya, kekhasan sambal penyet asal Jawa Timur adalah cita rasa yang segar karena sambal dicampur tomat, juga aroma gurih dari terasi. Rasanya juga dominan asin. ”Itu yang disebut sambal penyet,” tegasnya.
Itu pasalnya, menurut Gunawan, penyajian yang dilakukan di warung makannya pun demikian apabila konsumen memilih sambal terasi. Kecuali, bila konsumen meminta sambal korek atau sambal bawang yang lebih populer di Kota Solo. Biasanya akan langsung dipenyek.
Namun menurut Muri, dari warung aneka penyet di Jl Garuda, Pabelan Kartasura, sejak dulu ia mengenal sajian penyet memang dengan tampilan yang penyek. Tetapi ia sepakat kalau sambal asli penyet memang dengan ciri memakai tomat dan terasi. Itu pasalnya, Muri mengakui bahwa tak sembarang lauk bisa dipenyet. ”Kalau daging ayam misalnya yang bisa dipenyet tentu bagian yang berdaging tebal, kalau tidak dada ya paha.”
Sedangkan untuk ikan-ikanan, menurut Muri juga sebaiknya dipenyet adalah ikan sebangsa lele. Itu pun, sebaiknya, yang berukuran kecil. Selain dagingnya lebih manis, tulang belulang yang muda juga bisa sekalian dikremus. ”Jadi penyet juga bisa mencegah osteoporosis,”ungkapnya sambil berkelakar. Tetapi kalau bebek malah sebaiknya, justru akan lebih enak jika menggunakan daging dari bebek yang berusia matang.
Oleh: Fetty Permatasari, Esmasari Widyaningtyas