by Brand Content Slamet Riyadi - Espos.id Lifestyle - Senin, 15 Januari 2024 - 09:27 WIB
Esposin, SOLO — Diabetes Mellitus (DM) dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit gula. Penyakit ini bersifat kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh.
Hormon insulin berfungsi mengontrol jumlah/kadar gula dalam darah melalui pemrosesan KH, lemak, dan protein menjadi energi. WHO memprediksi jumlah penderita DM di Indonesia akan mengalami kenaikan dimana pada 2004 sebanyak 8,4 juta penderita akan menjadi 21,3 juta pada 2030.
"DM merupakan kelainan kronis akibat pankreas gagal dalam memproduksi insulin secara cukup (IDDM atau DM tipe 1) atau tubuh tidak mampu secara efektif menggunakan insulin yang diproduksi (NIDDM atau DM tipe 2)," ujar dr. Slamet Riyanto, Sp.Ak, MM dari Klinik Utama Ibu Sehati (KUKIS) Solo dalam keterangan tertulis, Senin (15/1/2024).
Terkait diagnosa, menurut dr.Slamet, umumnya disepakati kadar gula darah sewaktu 200 mg/dl dan kadar gula darah puasa 126 mg/dl sebagai acuan diagnosis DM.
Terkait diagnosa, menurut dr.Slamet, umumnya disepakati kadar gula darah sewaktu 200 mg/dl dan kadar gula darah puasa 126 mg/dl sebagai acuan diagnosis DM.
Di samping itu terdapat gejala lainnya berupa frekuensi urine meningkat, kehilangan berat badan (BB) yang tidak jelas sebabnya, kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf di telapak tangan dan kaki, cepat lelah dan lemah setiap waktu, mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba. Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya dan mudah terkena infeksi terutama pada kulit.
Berdasarkan penelitian, lanjut dr.Slamet, terapi akupunktur dapat menurunkan kadar gula darah. Terapi akupunktur sebanding dengan terapi OAD (Obat Anti Diabetika), dan Hendromartona (2000) melaporkan akupunktur dapat menurunkan penggunaan OAD.
Dengan demikian bagi penderita DM saat ini dapat memilih pengobatannya, baik melalui pengobatan dengan OAD ataupun dengan akupunktur, bahkan menggabungkan keduanya.
"Pada pengobatan DM dengan akupunktur dapat sekaligus diberikan pengobatan atau pencegahan terhadap kemungkinan komplikasi yang timbul akibat penyakit DM," ujar dr. Slamet.
Dia menyimpulkan, Akupunktur Medik dapat digunakan sebagai terapi utama maupun sebagai terapi suportif untuk DM dengan komplikasi, retinopati, dan katarak diabetikum.
Artikel ini ditulis oleh dr. Slamet Riyanto, Sp.Ak, MM dari Klinik Utama Kasih Ibu Sehati, Solo