by Danang Nur Ihsan - Espos.id Lifestyle - Minggu, 13 September 2020 - 06:00 WIB
Esposin, SOLO -- Dari tahun ke tahun jumlah operasi sectio caesarea atau caesar di Indonesia terus bertambah. Bahkan, dalam beberapa tahun terakhir, terjadi lonjakan angka operasi caesar dibandingkan era 1990-an.
Dalam Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 disebutkan ada tiga jenis persalinan yaitu normal, operasi, dan lainnya yang meliputi vakum, forsep, dan lainnya.
Hasilnya, sebagian besar persalinan di Indonesia adalah normal yaitu 81,5%. Kemudian yang melalui persalinan dengan operasi caesar sebanyak 17,6%, dan lainnya 0,9%.
Klaster Keluarga Terpapar Covid-19 di Sukoharjo Bertambah
Namun, angka operasi caesar itu jauh melonjak dibandingkan beberapa waktu sebelumnya. Operasi caesar di Indonesia dari 1991 sampai tahun 2007 yaitu 1,3%-6,8%.
Kasus operasi caesar ini sebagian besar terjadi di kota dan masyarakat berpendidikan tinggi. Berikut proporsi tindakan operasi caesar bila dilihat dari latar belakang mereka.
Paling tinggi pembiayaan persalinan adalah biaya sendiri yaitu 53,3%. Sisanya ada yang menggunakan asuransi swasta, biaya kantor, sampai gratis.
Pasien dari Klaster Warung Bu Fat Melahirkan Bayi, Ini Kondisinya?
Namun, bila dilihat dari latar belakangnya, sumber pembiayaan persalinan dengan menggunakan layanan BPJS Kesehatan lebih dominan di beberapa kalangan.
Untuk kalangan PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD yang proporsi operasi caesar paling tinggi, mayoritas menggunakan fasilitas BPJS Kesehatan yaitu 58,9%.
Kian bertambahnya operasi caesar dalam persalinan di Indonesia juga terjadi di berbagai negara lainnya. Data WHO Global Survey on Maternal and Perinatal Health di 23 negara, menunjukkan tingkat kelahiran caesar tanpa indikasi medis berkisar 0,01%–2,10%, bahkan di China mencapai 11,6%.
Ngaku Salah, Ketua RT yang Melecehkan Petugas Sensus di Madiun Mengundurkan Diri
Bedah caesar sepatutnya disarankan ketika proses kelahiran melalui vagina berpotensi menyebabkan risiko bagi sang ibu atau si bayi.