style
Langganan

Museum A.H. Nasution, Saksi Bisu Tragedi G30S/PKI - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Astrid Prihatini Wd  - Espos.id Lifestyle  -  Kamis, 30 September 2021 - 15:15 WIB

ESPOS.ID - Salah satu diorama di Museum A.H. Nasution. (Antara)

Esposin, SOLO-Mumpung bulan September, tak ada salahnya mengadakan napak tilas di Museum A.H. Nasution yang merupakan salah satu saksi sejarah dari peristiwa G30S/PKI. Tak hanya menyimpan benda-benda peninggalan jenderal besar tersebut, tempat ini juga dilengkapi diorama yang menggambarkan suasana saat tragedi itu terjadi.

Mengutip laman p2k.um-surabaya.ac.id, Kamis (30/9/2021), Museum Jenderal A.H. Nasution berlokasi di Jalan Teuku Umar, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat.  Bangunan bersejarah ini semula rumah pribadi Jenderal Abdul Haris (A.H.) Nasution yang ditempati bersama dengan keluarganya sejak menjabat sebagai KSAD pada 1949 hingga wafat pada 6 September 2000. Selanjutnya keluarga Nasution pindah rumah pada 29 Juli 2008 sejak dimulainya renovasi rumah pribadi tersebut menjadi museum.

Advertisement

Tempat ini  menjadi saksi bisu peristiwa dramatis yang nyaris merenggut nyawa Jenderal Besar Abdul Haris Nasution. Pasukan Tjakrabirawa G-30S/PKI berupaya menculik dan membunuh dia, namun hal ini gagal lantaran sang jenderal berhasil meloloskan diri berkat bantuan istrinya. Sayangnya, dalam peristiwa tersebut, sang putri Ade Irma Suryani Nasution dan ajudannya, Kapten Anumerta Pierre Andreas Tendean, gugur.

Baca Juga: 6 Fakta Film G30S/PKI: Dana Rp800 Juta Hingga Musik Mencekam

Advertisement

Baca Juga: 6 Fakta Film G30S/PKI: Dana Rp800 Juta Hingga Musik Mencekam

Museum Nasional Jenderal Akbar Dr. A.H. Nasution diresmikan pada  3 Desember 2008 sore oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Pemilihan tanggal tersebut lantaran bertepatan dengan hari lahir Pak Abdul Haris Nasution.

Di Museum A.H. Nasution ini pengunjung bisa melihat napak tilas  peristiwa kelam G30S/PKI melalui diorama yang secara detail menggambarkan suasana kala itu. Bahkan lubang peluru bekas tembakan masih di tembok museum masih terlihat jelas.

Advertisement

"Ya persis, semua [yang digambarkan diorama] sama persis seperti ini. Pakaiannya juga seperti ini," ujarnya seperti dikutip Esposin dari channel Youtube Inews Magazine berjudul Pada Saat Kejadian G30S/PKI, Ade Irma Tidur Bersama Ayah dan Mama, Kamis (30/9/2021).

Baca Juga: Pernah Jadi Tontonan Wajib, Begini Proses Produksi Film G30S/PKI

Menurutnya pada malam itu, mereka semua tengah tidur pulas. Posisi kamar Yanti berseberangan dengan kamar A.H. Nasution. Adiknya, Ade Irma Suryani, tidur bersama ayah dan ibunya.

Advertisement

"Ade Irma Suryani tidur sama mamah dan ayah, tidur bertiga di kamar. Kebetulan malam itu ada nyamuk mamah dan ayah terbangun. Nah persis saat itu persis pintu depan itu bunyi dibuka orang. Saya blm bangun. Mamah sdh bangun. Ini mamah ceritakan setelah kejadian. Mama ngintip. Mama lihat ada pasukan Tjakrabirawa. Mama bilang ke papa itu yang membunuh kamu sudah datang. Tutup semua pintu. Pintunya didorong-dorong pakai popor senjata. Lalu ayah bilang sudah biar saya hadapi. Ayah nekat buka pintu itu lagi.  Ditembak lagi. Ayah menjatuhkan diri, pelurunya lewat samping kepala mama. Lalu ibunya ayah keluar bilang anakku anakku. Kata mamah ibu jangan nangis," bebernya.

Lalu Ade Irma Suryani diserahkan kepada Tante Mardiyah lantaran Ibu Nasution hendak menyelamatkan suaminya.  Nahas, Tante Mardiyah yang menggendong Ade Irma Suryani justru salah membuka pintu yang ada pasukan Tjakrabirawa, sehingga mereka diberondong tembakan.

"Adik saya kena tembak, pintu ditutup lagi sama ibu saya. Ibu saya lihat adik saya sudah tertembak dia liat ayah saya dan bilang ke ayah kamu yang dicari ayo kamu saya selamatkan. Adik digendong ibu. Ayah naik tembok mau turun lagi, lalu mamah bilang sudah jangan pikirkan kami!" ujar Yanti.

Advertisement

Baca Juga :  Arti Mimpi Melahirkan Bayi, Pertanda Akan Mendapatkan Apa?

Di salah satu diorama memperlihatkan adegan Jenderal Nasution tengah berada di atas tembok, wajahnya penuh keraguan. Hal itu menurut Yanti lantaran Jenderal Nasution kayak ragu antara menyelamatkan diri atau menyelamatkan putrinya yang tertembak. "Lihat anaknya begitu dia pingin nolong anaknya. Mamah realistis dia bilang kamu yang dicari, nanti kamu yang dibunuh. Jangan kembali biar saya gendong anak saya!" ujar Yanti menirukan ucapan ibunya kala itu.

Bukan hanya barang-barang peninggalan Jenderal A.H. Nasution, di museum itu pengunjung juga bisa menyaksikan barang-barang peninggalan Ade Irma Suryaniyang mengembuskan napas terakhir setelah dirawat selama enam hari di RSPAD.

 

 

Advertisement
Astrid Prihatini WD - I am a journalist who loves traveling, healthy lifestyle and doing yoga.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif