by Astrid Prihatini Wd Newswire - Espos.id Lifestyle - Jumat, 10 September 2021 - 15:00 WIB
Esposin, SOLO--Metode time out bisa dipilih untuk mendisiplinkan anak manakala orang tua sedang merasa lelah. Sebab saat lelah, orang cenderung mudah marah-marah dan efeknya anak justru kena marah.
Mengutip dari Center for Disease Control and Prevention (CDC), metode time out adalah metode mendisiplinkan anak dengan cara memindahkan anak ke satu tempat. Saat pindah ke satu tempat tersebut, anak akan mendapat konsekuensi tidak boleh bicara dengan siapa pun dan tidak ada yang memperhatikannya.
Lewat metode time out ini, anak akan merasa bosan karena harus berdiam diri di satu tempat tanpa perhatian. Rasa bosan tersebut bisa menimbulkan efek jera pada anak dan tidak mengulangi kesalahan.
Time out adalah sebuah metode dipopulerkan oleh seorang psikolog bernama Arthur Staats pada 1950. Saat itu, hukuman fisik sangat populer sehingga Staats membuat metode untuk menyelesaikan permasalahan tanpa kekerasan pada anak.
Time out adalah sebuah metode dipopulerkan oleh seorang psikolog bernama Arthur Staats pada 1950. Saat itu, hukuman fisik sangat populer sehingga Staats membuat metode untuk menyelesaikan permasalahan tanpa kekerasan pada anak.
Baca Juga: Begini Cara Mengukur Intensitas Olahraga Sudah Tepat atau Belum
Namun, mengutip dari Child Mind Institute, metode time out dapat membuat anak merasa kesepian saat melakukan kesalahan. Ketika anak melakukan kesalahan, ia terpaksa harus mengalami kesulitan sendiri. Padahal, perkembangan emosi anak masih belum stabil. Meski masih menimbulkan pro dan kontra, metode ini masih bisa ayah dan ibu terapkan dengan cara yang tepat.
Berikut ini panduan metode time out agar efektif mendisiplinkan anak sebagaimana dikutip dari hellosehat.com, Jumat (10/9/2021):
Ayah atau ibu bisa menjelaskan kalau perilaku tersebut tidak baik. “Kakak jangan lempar-lempar mainan, nanti mainannya rusak. Kalau nggak mau nurut, masuk kamar, ya.”
Baca Juga: Agar Tak Menjadi Korban Penjambretan di Jalan, Ini Tipsnya
Tempat yang tenang pasti membuat anak bosan dan mau tidak mau merenungkan kesalahannya. Walau ayah dan ibu meminta anak untuk “menyendiri”, bukan berarti meninggalkan si kecil tanpa pengawasan.
Setelah memutuskan area time out, tentukan berapa lama anak harus merenungkan kesalahannya. Aturan waktu yang paling aman adalah satu menit per tahun dari usia anak.
Bila anak berusia 3 tahun, ia mungkin perlu merenungkan kesalahannya sendiri selama tiga menit. Jika merasa waktu tersebut tidak cukup, orangtua bisa menambah durasi sebanyak dua menit lagi.
Itu artinya, time out tidak lagi ampuh dan harus mencari cara lain untuk mendisiplinkan anak. Metode ini bisa orang tua lakukan jika anak mulai tantrum, memukul atau menggigit temannya, atau melempar barang.
Baca Juga: 6 Benda Ini Bisa Bikin Betah Ngantor di Rumah
Jika kesalahannya karena main lupa waktu atau buang sampah sembarang, sebaiknya terapkan hukuman lain yang lebih cocok. Ambil contoh, ayah dan ibu bisa menghukum dengan mengurangi jam main dan memintanya membuang sampah pada tempatnya.
Setelah itu, beri penjelasan kepadanya bahwa apa yang anak lakukan tidak benar. “Tidak boleh mengganggu teman, ya, sekarang kakak diam kursi taman ini saja. Ibu melakukan ini karena kakak mengganggu teman. Duduk di sini 3 menit, ya!”
Sambil anak duduk, ibu bisa memperhatikannya sesekali untuk memantau kondisi si kecil.
Setelah anak mengucapkan maaf dan menunjukkan penyesalan, jangan lupa mengajari dan beri contoh anak untuk memaafkan kesalahan orang lain. Kemudian, peluk dan tunjukkan kembali kasih sayang ayah dan ibu. Hukuman dan mendisiplinkan anak dengan metode time out cukup sampai di situ, Anda tidak perlu lagi mengoceh panjang lebar.