style
Langganan

Menjaga Kesehatan Mental di Tempat Kerja - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Chrisna Chaniscara  - Espos.id Lifestyle  -  Jumat, 29 Oktober 2021 - 06:34 WIB

ESPOS.ID - Webinar Creating Mentally Healthy Workplace, Kamis (28/10/2021). (Tangkapan layar Zoom)

Esposin, SOLO — Pernahkan Anda stres berat dengan tugas dari tempat kerja yang seperti tanpa jeda? Ataukah Anda pernah merasa depresi dan putus asa dengan relasi hubungan di lingkungan kerja?

Jika jawabannya iya, kemungkinan kesehatan mental Anda tengah bermasalah. Pengendalian diri dan dukungan rekan kerja serta atasan dapat membantu seorang pekerja keluar dari problem kesehatan mental.

Advertisement

Hal itu disampaikan dokter spesialis kesehatan kerja dari Prodia Occupational Heath Institute, Liem Jen Fuk, dalam Webinar Creating Mentally Healthy Workplace, Kamis (28/10/2021).

Dalam acara yang digelar Prodia Jawa Tengah itu, Liem menyatakan kesehatan mental di tempat kerja penting untuk menjaga keseimbangan hidup sekaligus menjaga produktivitas.

Advertisement

Dalam acara yang digelar Prodia Jawa Tengah itu, Liem menyatakan kesehatan mental di tempat kerja penting untuk menjaga keseimbangan hidup sekaligus menjaga produktivitas.

Baca Juga: Stres Akibat Pandemi Bikin Generasi Milenial Sulit Ambil Keputusan

“Pekerja perlu menyadari sejauh mana batas kemampuannya. Kalau sudah enggak sanggup menghadapi tekanan, mungkin ada sesuatu,” ujar Liem.

Advertisement

Namun di sisi lain, tak sedikit yang akhirnya tertekan karena batas yang memisahkan antara kerja dan kehidupan pribadi semakin tipis. Apalagi pandemi juga memantik ketidakpastian ekonomi yang berdampak pada kesejahteraan pekerja.

“Tidak dipungkiri kondisi pandemi semakin memengaruhi kesehatan mental. Jika tak terkendali, karyawan bisa stres di tempat kerja, burnout, cemas, depresi hingga yang terburuk bunuh diri,” tuturnya.

Baca Juga: Hilangkan Kecemasan dengan Hipnotis 5 Jari, Begini Caranya

Peran Penting Atasan

Kementerian Kesehatan mencatat ada 9,8% warga yang mengalami gangguan mental pada 2018. Di tahun yang sama, ada sekitar 6,1% warga penderita depresi. Dari jumlah itu, hanya 9% yang memiliki akses pengobatan atau konsultasi medis.
Advertisement

Adapun Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa pernah membuat survei kesehatan mental selama pandemi. Hasilnya, 66% responden mengalami depresi dan 63% merasa cemas akibat Covid-19.

Liem mengatakan kesehatan mental di tempat kerja tetap dapat terjaga di kondisi sulit apabila semua pihak dalam lingkungan kerja mengambil peran. Namun dia menekankan peran penting atasan dalam menciptakan iklim kerja yang suportif.

“Pimpinan mestinya paham dulu pentingnya kesehatan mental. Dari situ dia dapat mengidentifikasi sejak awal pekerjanya yang mengalami perubahan kondisi tertentu. Karyawan sendiri juga perlu terbuka jika ada masalah, perlu ada ruang konsultasi.”

Advertisement

Baca Juga: Generasi Muda Diingatkan untuk Kontrol Penggunaan Media Sosial

Psikolog dari Unika Soegijapranata, Christin Wibhowo, mengatakan kesehatan mental diperlukan agar fisik dapat digunakan secara normal dan produktif.

Selain itu kesehatan mental juga dapat menjaga jalinan hubungan personal dan mampu memperhatikan orang lain. Christin mengatakan orang yang memiliki kesehatan mental baik bukan berarti jarang atau tidak pernah stres.

“Kuncinya mengelola stres negatif atau distress yang bisa mengganggu kesehatan mental menjadi stress positif atau eustress. Caranya bisa dengan melihat masalah lebih jernih, tak membuat masalah jadi berlarut-larut, pengendalian diri dan kerja sama dengan rekan kerja. Eustress pada akhirnya bisa meningkatkan kemampuan kita,” ujarnya.

Advertisement
Anik Sulistyawati - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif