style
Langganan

Menelusuri Jejak Pangeran Diponegoro (1/2) - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia | Espos.id

by Sugeng Pranyoto Jibi Harian Jogja  - Espos.id Lifestyle  -  Minggu, 12 Oktober 2014 - 15:15 WIB

ESPOS.ID - Benteng Fort Rotterdam yang berada di pinggir Pantai Losari menyimpan kehidupan Pangeran Diponegoro (Sugeng Pranyoto/JIBI/Harian Jogja)

Harianregional.com, MAKASSAR-Kota Makassar di Sulawesi Selatan menjadi saksi hidup kepahlawanan Pangeran Diponegoro. Di tempat itu hari-hari terakhir Pahlawan Nasional itu menghabiskan hari-hari terakhirnya.

Akhir September lalu, sejumlah wartawan Jogja diajak Pemkot Jogja mengunjungi Makassar. Selain studi banding soal pengelolaan Usaha Kecil Mikro dan Menengah (UMKM), rombongan berkesempatan mengunjungi sejumlah objek bersejarah di kota yang terletak di pinggir laut tersebut.

Advertisement

Beteng Fort Roterdam yang persis berada di pinggir Pantai Losari menjadi jujukan pertama. Di tempat itu menyimpan kisah kehidupan Pangeran Diponegoro, yang masih keturunan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Di tempat itu Pangeran Diponegoro, keluarga dan pengikutnya menghabiskan sisa hidupnya setelah ditawan Belanda.

Seperti diketahui setelah ditawan Belanda, dengan taktik licik penjajah yang ingin berunding, akhirnya Pangeran Diponegoro dibawa ke luar Jawa untuk diasingkan. Tujuan pertama pengasingan adalah di Manado pada 1830. Empat tahun kemudian, pada 1834 Pangeran Diponegoro dipindah ke Fort Roterdam di Makassar.

Bentuk fisik Fort Roterdam hampir menyerupai Beteng Vredeburg yang ada di Jogja. Tembok kokoh dan tinggi mengelilingi kompleks bangunan itu. Di dalam kompleks berdiri sejumlah bangunan yang memiliki fungsi masing-masing. Saat penjajahan dulu, beteng tersebut ibarat kota kecil karena terdapat kantor yang dijadikan sebagai balaikota, kantor perdagangan, gereja, rumah pejabat dan tentunya penjara untuk menawan tawanan termasuk Pangeran Diponegoro.

Advertisement

Jordan Siregar, salah satu pemandu wisata mengatakan Fort Roterdam awalnya merupakan benteng Kerajaan Gowa dan dibangun 1545. Namun saat Belanda datang dan  Kerajaan Gowa kalah pada 18 November 1667 benteng dikuasai Belanda.

“Benteng mengikuti arsitek Portugis dengan luas 2,10 hektare,” katanya.

Saat Jepang berkuasa pada 1942-1945 benteng dijadikan sebagai pusat penelitian bahasa dan pertanian.

Advertisement

“Sekarang bangunan benteng digunakan untuk Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,” terangnya.

Menurut Jordan Siregar, Pangeran Diponegoro menghuni benteng sebagai tahanan politik selama 21 tahun.

Advertisement
Mediani Dyah Natalia - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif