by Redaksi - Espos.id Lifestyle - Jumat, 20 Maret 2020 - 03:11 WIB
Esposin— Pandemi Covid-19 telah menyebar ke Indonesia dengan jumlah kasus yang cenderung terus meningkat membuat masyarakat ramai mencari masker dan hand sanitizer. Namun demikian karena tingginya permintaan saat ini hand sanitizer makin sulit dicari dan harganya juga terus naik.
Memang seberapa efektif cuci tangan dengan hand sanitizer dibandingkan dengan sabun biasa untuk mencegah virus corona?
Vaksinolog dr Dirga Sakti Rambe, MSc, SpPD, dari OMNI Hospitals Pulomas menjelaskan sebetulnya yang utama adalah cuci tangan pakai sabun berbahan dasar alkohol. Hand sanitizer jadi pilihan ketika tidak ada atau sulit menemukan tempat cuci tangan dengan sabun.
"Pilihan pertama tetap sabun. Sabun cair yang alcohol based," kata dr Dirga pada detikcom, Selasa (3/3/2020). "Cuci tangan idealnya pakai sabun selama 20 detik dan ada langkah-langkahnya. Enggak asal cuci, ikuti cuci tangan sesuai langkah WHO. Bila sabun enggak ada boleh hand sanitizer. Apapun itu harus produk alcohol based. Covid mati dengan alkohol 60%," paparnya.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC). Sabun disebut tak kalah efektif untuk menghilangkan beberapa jenis kuman dan lebih mudah didapatkan dibanding hand sanitizer.
Dampak yang ditimbulkan akibat kebiasaan tidak menjaga kebersihan tangan berupa dampak ringan hingga berat. Di antaranya yaitu tubuh akan lebih rentan terserang virus dan bakteri yang penyebarannya dapat terjadi lewat tangan seperti flu, diare, ISPA, hepatitis, H1N1 atau lebih dikenal dengan virus flu burung hingga virus yang mewabah saat ini, Covid-19.
Hand Sanitizer adalah cairan pembersih tangan yang tidak memerlukan air untuk membilasnya. Komposisi produk ini terdiri atas dari alkohol dan triklosan yang berfungsi sebagai antiseptik untuk membunuh virus dan bakteri. Penggunaan hand sanitizer ini marak di kalangan masyarakat. Bahkan di Amerika Serikat industri hand sanitizer memperoleh omzet penjualan hingga US$200 juta per tahun.
Di Indonesia, penggunaan cairan pembersih tangan ini juga bukanlah sesuatu hal yang asing. Di kantor-kantor pelayanan publik maupun tempat-tempat umum lainnya, botol berisi cairan hand sanitizer diletakkan tersebar di berbagai sudut ruangan.
227 Pasien Positif Corona, Ikatan Dokter Anak: Peningkatannya Luar Biasa
Saat tangan dalam kondisi kotor (yang terlihat secara nyata) maka tidak dianjurkan untuk membersihkannya menggunakan hand sanitizer. Pilihan terbaiknya adalah mencuci tangan dengan sabun di air mengalir. Penting untuk diingat bahwa fungsi hand sanitizer adalah sebagai antiseptik atau disinfektan yang gunanya untuk membunuh virus dan bakteri bukan untuk membersihkan tangan dari kotoran.
Namun, bagi petugas atau tenaga kesehatan, sesaat dan setelah berinteraksi dengan pasien maka lebih dianjurkan untuk membersihkan tangan menggunakan hand sanitizer jika dibandingkan hanya mencuci tangan dengan sabun dan air saja. Hal ini dikarenakan kandungan alkohol dari hand sanitizer lebih efektif untuk mencegah transmisi virus maupun bakteri dari pasien yang dilayaninya.
Hampir seluruh merk dan jenis hand sanitizer mengandung alkohol dan triklosan sebagai bahan utamanya. Triklosan dapat terserap oleh kulit dan dalam beberapa penelitian diketahui bahwa kandungan ini dapat memberi dampak negatif terhadap sistem hormonal saraf dan sistem hormonal tubuh terutama hormone tiroid dan esterogen. Selain itu, triklosan juga dapat mempengaruhi fungsi hati.
Kandungan triklosan tidak hanya terdapat pada hand sanitizer, beberapa produk pasta gigi dan sabun cair juga banyak yang mengandung triklosan. Oleh sebab itu, masyarakat diharapkan tidak hanya menjadi konsumen yang konsumtif saja, namun juga harus teliti memperhatikan komposisi dari hal-hal yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pro dan kontra dalam penggunaan hand sanitizer, Food and Drugs Administration (FDA) dan Central of Desease Control and Prevention (CDC) menegluarkan pendapat yang sama yaitu lebih baik mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir untuk menjaga kebersihan tangan, dan kalaupun kondisi sedang sangat tidak memungkinkan untuk mendapatkan air dan sabun maka pilihlah hand sanitizer yang kandungan alkoholnya tidak lebih dari 60%.
Meskipun secara logika kandungan alkohol yang lebih tinggi akan lebih efektif dalam membunuh virus dan bakteri, namun kemungkinan iritasi kulit akan terjadi lebih tinggi pula ketika konsentrasi alkohol yang digunakan terlalu tinggi.
Beda Dari MUI, Gatot Nurmantyo Malah Ajak Salat Berjemaah Di Tengah Corona
Formulasi hand sanitizer sesuai standar WHO ini berbasis alkohol 70 persen atau lebih, yang memang menjadi standar utama untuk menjaga kebersihan tangan. Dalam laman bertajuk 'Guide to Local Production: WHO-Recommended Handrub Formulations', WHO menulis ada dua formula hand sanitizer yang direkomendasikan.
- Hidrogen peroksida 3 persen, 417 ml
- Gliserol 98 persen, 145 ml
- Air distilasi atau air matang yang sudah didinginkan
Formulasi 2: - Isopropil alcohol 99,8 persen, 7515 ml
- Hidrogen peroksida 3 persen, 417 ml
- Gliserol 98 persen, 145 ml
- Air distilasi atau air matang yang sudah didinginkan
Setelah semuanya terkumpul, bahan yang kali pertama dimasukkan dalam botol atau jerigen adalah alkohol. Setelahnya masukkan hidrogen peroksida yang jumlahnya telah diukur di wadah labu ukur. Dilanjutkan dengan menuangkan gliserol dan air distilasi atau air matang yang sudah didinginkan secara berurutan.
Jika semua bahan telah dimasukkan ke jerigen atau botol, langsung tutup untuk mencegah alkohol menguap. Kemudian campur semua bahan dengan dikocok secara perlahan. Setelah itu hand sanitizer bisa ditempatkan dalam wadah yang lebih kecil ukuran 500 ml atau 100 ml. Simpan dalam ruangan khusus yang jauh dari panas dan api selama 72 jam sebelum digunakan.
Seperti dilansir liputan6.com, kedua formulasi tersebut merupakan standar WHO untuk memproduksi hand sanitizer sebanyak 10 liter dengan konsentrasi akhir setelah pencampuran, (Formulasi 1) ethanol 80 persen, gliserol 1,45 persen, hidrogen peroksida 0,125 persen dan (Formulasi 2) isopropil alcohol 75 persen, gliserol 1,45 persen, hidrogen peroksida 0,125 persen.
WHO menjelaskan bahwa kedua formulasi hand sanitizer tersebut direkomendasikan untuk produksi lokal atau rumahan maksimal 50 liter. Untuk membuat hand sanitizer sendiri sesuai standar WHO di rumah dengan skala lebih kecil, jumlah setiap bahan bisa dikurangi namun tetap dengan konsentrasi dan kadar bahan yang sama. Pastikan memakai sarung tangan dan masker saat menuangkan atau mencampur bahan-bahan.