style
Langganan

KULINER: Rela Begadang Semalaman untuk Kesegaran Bahan Makanan - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Mahardini Nur Afifah Jibi Solopos  - Espos.id Lifestyle  -  Sabtu, 9 Maret 2013 - 11:00 WIB

ESPOS.ID - Kelezatan pecel ndeso khas Desa Gagak Sipat. Yang membedakan pecel ndeso asal Desa Gagak Sipat dengan pecel lainnya terletak di sambal wijennya yang memiliki cita rasa pedas, manis dan gurih.

Kelezatan pecel ndeso khas Desa Gagak Sipat. Yang membedakan pecel ndeso asal Desa Gagak Sipat dengan pecel lainnya terletak di sambal wijennya yang memiliki cita rasa pedas, manis dan gurih.

Cel-Pecel Den... Tumbasi pecele Den?

Advertisement

Begitulah cara bakul pecel ndeso gendong ketika menawarkan dagangannya setiap pagi. Tak sulit menemukan bakul pecel gendong di Kota Bengawan. Mereka acapkali menyusuri lorong-lorong gang sempit di salah sudut perkampungan Kota Solo setiap pagi. Apabila keberadaan mereka sulit dideteksi, pelanggan bisa menyambangi bakul pecel ndeso yang sudah mangkal di sejumlah lokasi.

Pecel ndeso telah menjadi bagian keseharian menu sarapan warga Kota Bengawan. Sajian makanan vegetarian ini terbilang sederhana namun istimewa. Tak perlu merogoh kocek terlalu dalam, Uang Rp3.500 sudah bisa menikmati sepincuk nasi pecel plus lauk bongko atau gembrot.

Advertisement

Pecel ndeso telah menjadi bagian keseharian menu sarapan warga Kota Bengawan. Sajian makanan vegetarian ini terbilang sederhana namun istimewa. Tak perlu merogoh kocek terlalu dalam, Uang Rp3.500 sudah bisa menikmati sepincuk nasi pecel plus lauk bongko atau gembrot.

Sepincuk nasi beras merah, akan dilengkapi dengan topping aneka sayuran yang telah di-pecel dan lalapan segar. Kesemuanya akan diguyur sambal hitam keputihan berbahan dasar wijen yang memiliki cita rasa pedas, manis dan gurih. Sebagai sentuhan akhirnya, bakul pecel akan menambahkan karak.

Dedaunan yang disajikan dalam sepincuk pecel terdiri atas daun pepaya, bayam, kenikir dan daun singkong. Pelanggan yang suka bisa menambahkan lalapan yang terdiri dari daun kemangi, melanding dan potongan mentimun.

Advertisement

Salah seorang pedagang pecel ndeso asal Dukuh Banaran, Desa Gagak Sipat, Ngadinem, 66, ketika ditemui Espos di rumahnya, Jumat (8/3), mengaku sudah 40 tahun berjualan pecel ndeso. Saat ini ia hanya mangkal di depan SD Warga di kampung Mertolulutan, Solo, sepekan sekali.

Keterbatasan energi memaksa ibu lima anak ini hanya berjualan Minggu pukul 06.00 WIB-11.00 WIB saja. Dulunya ia menjajakan pecel dari kampung ke kampung di Solo.

Kesibukan pada Jumat pagi sudah tampak di rumah Ngadinem. Dibantu salah satu kerabatnya, ia mulai menata daun pisang yang akan digunakan untuk pincuk pelanggan. Sabtu pagi, kesibukannya sudah dimulai. Perempuan paruh baya ini mulai ke Pasar Mangu, Boyolali, untuk berbelanja bahan dagangan saat hari masih gelap.

Advertisement

Rutinitas tak berhenti di situ saja. Tengah hari, ia mulai menyiapkan bumbu sambal wijennya yang khas. Lalu ia mulai menyiapkan bahan lain. “Pengolahan sayuran dimulai pukul 21.00 WIB sampai pagi hari menjelang jualan. Biasanya saya tidak tidur untuk menyiapkan bahan. Itu hal yang lumrah bagi warga sini. Kalau tidak didadak sayurnya sayup,” katanya.

Banyaknya pedagang pecel Gagak Sipat yang berjualan di Solo tak menjadi soal untuk pembagian lahan rezeki. Ngadinem dan sejumlah pedagang lain memiliki etika tersendiri dalam berjualan. Apabila sudah ada pedagang yang masuk suatu kawasan, pedagang lain dengan sukarela akan mencari daerah lain.

Ngadinem merupakan generasi ketiga penjual pecel asal Desa Gagak Sipat. Saat ini kebanyakan penjaja pecel gendong asal Desa Gagak Sipat tinggal belasan. Mereka tersebar di Dukuh Kelipan dan Banaran. Ilmu meracik sambel pecel yang membuat makanan ini istimewa diturunkan dari nenek moyangnya.

Advertisement

Kadus Gagak Sipat, Rohmad, ketika ditemui Espos di rumahnya, mengatakan generasi pembuat pecel Desa Gagak Sipat didominasi oleh perempuan berusia 35 tahun-70 tahun. Menurut Rohmad, saat ini tidak ada generasi muda yang mau nyemplung ke dunia pecel ndeso.

Pihak desa mendukung pelestarian pedagang pecel ndeso ini melalui program pinjaman bantuan bergilir dan menyajikan pecel asli desa mereka di setiap kesempatan.

Advertisement
Tim Solopos - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif