Esposin, JAKARTA - Kini penyakit gagal ginjal sudah bukan lagi "penyakit orang tua". Anak-anak bahkan balita kini turut jadi korban sehingga semakin banyak yang harus cuci darah pada usia dini.
Di Jakarta saja, baru-baru ini, Pj. Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menyebutkan sedikitnya ada 60 anak sedang melakukan cuci darah akibat gagal ginjal di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo (RSCM).
Promosi UMKM Binaan BRI, Minimizu Bawa Keunikan Dekorasi Alam ke Pameran Kriyanusa 2024
Beberapa penyebab utamanya adalah pola makan yang banyak berubah. Saat ini semakin banyak produk makanan dan minuman manis dan anak-anak bebas mengonsumsinya dalam jangka panjang.
Selain itu, dengan semakin tingginya penggunaan smartphone, anak-anak jadi kurang bergerak dan beraktivitas fisik. Hal ini sejalan dengan temuan studi terbaru. Mengutip Health Day, anak-anak dan remaja di seluruh dunia saat ini mengonsumsi lebih banyak minuman manis, sehingga meningkatkan risiko masalah kesehatan di masa mendatang.
Menurut laporan yang diterbitkan pada 7 Agustus di BMJ, kaum muda mengonsumsi hampir 23% lebih banyak minuman manis pada tahun 2018 dibandingkan dengan tahun 1990.
"Minuman manis meningkatkan penambahan berat badan dan risiko obesitas, jadi meskipun anak-anak tidak sering mengalami diabetes atau penyakit kardiovaskular saat mereka masih muda, tapi akan ada dampak signifikan di kemudian hari,” kata Laura Lara-Castor, peneliti utama dari bidang epidemiologi gizi di University of Washington.
Untuk studi ini, para peneliti menganalisis data dari lebih dari 1.200 survei yang diselesaikan selama periode studi tiga dekade. Data tersebut menilai kebiasaan makan anak-anak dari 185 negara. Tim peneliti secara khusus mengamati konsumsi soda, minuman jus, minuman berenergi, minuman olahraga, dan minuman buah yang dimaniskan di rumah.
Adapun, definisi mereka tentang minuman manis tidak mencakup jus buah 100%, soda diet, atau susu manis.
Asupan minuman manis rata-rata 3,6 porsi sepekan secara global, dan berkisar dari 1,3 porsi sepekan di Asia Selatan hingga 9,1 di Amerika Latin dan Karibia. Anak-anak dan remaja di 56 negara yang mewakili 238 juta orang muda, mencakup sekitar 10% dari populasi pemuda global, rata-rata minum tujuh minuman atau lebih per pekan.
Negara-negara yang anak-anaknya paling banyak mengonsumsi minuman manis adalah Meksiko (10,1 porsi per pekan), Uganda (6,9), Pakistan (6,4), Afrika Selatan (6,2), dan Amerika Serikat (6,2).
Penelitian tersebut juga menemukan peningkatan konsumsi terbesar terjadi di Afrika sub-Sahara, di mana rata-rata porsi mingguan anak-anak meningkat 106%, menjadi hampir 2,2 porsi per pekan.
Banyak pemerintah, termasuk di Indonesia, telah mencoba memperlambat konsumsi dengan menerapkan pajak minuman bersoda dan melarang penjualan minuman manis di sekolah. Para peneliti mengimbau melalui temuan ini diharapkan bisa "membunyikan alarm" di hampir setiap negara di seluruh dunia, bahwa ada ancaman signifikan terhadap kesehatan masyarakat, yang dapat dan harus ditangani demi masa depan populasi yang lebih sehat.
Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul "Konsumsi Gula pada Anak Melonjak, Jadi Penyebab Lonjakan Gagal Ginjal"