Esposin, SOLO-Reinfeksi atau tertular lagi Covid-19 seperti dialami Maia Estianty sangat mungkin terjadi. Bukan hanya dua kali, tidak sedikit penyintas terinfeksi untuk kali ketiga seperti Maia Estianty.
Reinfeksi adalah infeksi kedua atau lebih pada orang yang sudah sembuh dari infeksi pertama dengan penyebab yang sama. Reinfeksi Covid-19 merupakan infeksi berulang oleh virus SARS Cov2 penyebab Covid-19. Laporan terjadinya infeksi berulang pada orang yang sudah pernah terinfeksi Covid-19 dan sudah pernah dinyatakan sembuh cukup banyak.
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
Kasus reinfeksi Covid-19 jarang terjadi dalam 90 hari setelah kasus infeksi pertama (0.65-0.7%) namun tidak menutup kemungkinan terjadi sebelum 90 hari sehingga penyintas diminta tetap waspada. RA Adaninggar,dr,SpPD melalui akun Instagram @drningz membagikan mengenai beberapa informasi terkait reinfeksi.
Baca Juga: Ini Gejala Covid-19 Omicron dari Hari ke Hari
Melansir Bisnis.com pada Rabu (2/3/2022), kriteria reinfeksi terbagi menjadi dua kurun waktu yaitu:
1. Bila terdeteksi positif pada 90 hari lebih sejak terdeteksi pertama:
- Bergejala atau tidak bila nilai CT <33
- Sekuensing genom virus berbeda antara infeksi pertama dan kedua
2. Bila terdeteksi positif pada 45-89 hari sejak terdeteksi pertama:
- Bergejala mencurigakan Covid-19
- Tidak ada kemungkinan diagnosis lain
- Ada kontak erat dengan orang terkonfirmasi Covid-19
- Nilai CT <33
- Sekuensing genom virus berbeda antara infeksi pertama dan kedua
Baca Juga: Apakah Batuk karena Long Covid-19 Menular? Ini Penjelasannya
Cara Membedakan Reinfeksi dengan Sisa Infeksi
Tanpa isolasi, maka genom virus dan kultur virus akan sulit dibedakan. Bukti sementara menunjukkan durasi terlama bertahannya sisa bangkai virus adalah 83 hari dan bangkai virus ini tidak bisa menularkan. Tidak direkomendasikan untuk memeriksa PCR berulang tanpa indikasi pada periode 3 bulan setelah sembuh.
Indikasi pemeriksaan PCR berulang dilakukan dalam dua kondisi:
- Bila muncul gejala suspek/probable Covid-19
- Bila ada kontak erat baru
Respons imun dan antibodi terhadap Covid-19 bisa berbeda-beda tiap orang. Sistem imun tubuh manusia tidak hanya antibodi, namun juga banyak sel imun lain.
Baca Juga: Pemerintah Percepat Vaksinasi Dosis Dua dan Lansia di Luar Jawa-Bali
Pengaruh Mutasi Virus Terhadap Risiko Reinfeksi
Studi terhadap kasus reinfeksi menunjukkan reinfeksi disebabbkan oleh virus yang “berbeda” urutan genomnya (mutasi virus). Antibodi bersifat sangat spesifik sehingga adanya perubahan virus bisa menurunkan kemampuan netralisir antibodi terhadap varian virus baru. Varian omicron meningkatkan risiko reinfeksi 5.4x lebih tinggi. Reinfeksi dengan subvariant omicron yang berbeda (BA.2) juga bisa terjadi namun jarang dalam waktu dekat 20-60 hari dan gejala kemungkinan besar lebih ringan.
Siapa yang Berisiko Lebih Tinggi Mengalami Reinfeksi?
Pada dasarnya, selama paparan virus masih tinggi dan semakin banyak varian virus yang bersirkulasi, risiko reinfeksi akan tetap ada pada siapapun. Lansia dan penderita penyakit gangguan sistem imun / immunocompromised berisiko lebih tinggi mengalami reinfeksi.
Reinfeksi di era Omicron terjadi pada dua kondisi:
- Lebih banyak pada penyintas Covid-19 varian Delta
Baca Juga: Seperti Maia Estianty, Para Pesohor Ini Tiga Kali Positif Covid-19
- Reinfeksi subvariant Omicron BA1 terjadi lebih banyak pada yang belum divaksinasi
Ingat, antibodi bukan satu-satunya faktor yang berperan pada sakitnya seseorang. Terdapat faktor virus yaitu viral load dan perilaku virus, lalu ada faktor inang termasuk umur, komorbid, dan genetik, serta faktor lingkungan yaitu ventilasi, durasi, jarak, dan level risiko aktivitas. Hingga saat ini bukti ilmiah menunjukkan reinfeksi sangat bisa terjadi selama paparan virus masih ada, segera konsultasi ke dokter bila curiga reinfeksi. Tetap konsisten lakukan usaha perlindungan diri meskipun anda sudah pernah terinfeksi dan sembuh. Ingat protokol kesehatan 5M, pola hidup sehat, dan vaksinasi.