style
Langganan

Kerajinan Daur Ulang Biji-Bijian Eksotis - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Tri Rahayu Jibi Solopos  - Espos.id Lifestyle  -  Rabu, 14 November 2012 - 00:01 WIB

ESPOS.ID - Foto: Dokumentasi

Foto: Dokumentasi
Advertisement

SOLO--Produk daur ulang menjadi tren dalam kerajinan kreatif. Barang yang semula tak bernilai di lingkungan ternyata bisa dibikin produk berkualitas. Seperti yang dilakukan Edi Murtono, warga Jl Raya Sragen-Batu Jamus, tepatnya di RT 004/RW 001, Dukuh Segong, Desa Mojodoyong, Kedawung, Sragen.

Alumnus Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) yang kini menjadi Institut Seni Indonesia (ISI) Solo itu memberi nama bengkel seninya Rumah Karya Kita. Rumah sederhana di depan SPBU Botok, Kedawung itu juga berfungsi sebagai galeri seni.

Berbagai macam suvenir, interior rumah, tas dan sebagainya dipajang di galeri kecil itu. Semua produk tersebut memanfaatkan kayu daur ulang hutan karet dan beberapa biji-bijian dan buah-buahan di lingkungan sekitar.

Advertisement

Di tangan Edi, buah karet kering yang sering dijumpai di hutan karet dijadikan kerajinan binatang unik seperti semut, lebah dan kupu-kupu. Sebagian besar karya Edi didominasi bentuk binatang semut. Seperti suvenir, lampu dinding, lampu duduk dan jam duduk. Uniknya, Edi menggunakan warna alami yang melekat pada bahan dalam pembuatan pernik-pernik suvenir itu.

Dua buah karet yang berwarna cokelat kehitam-hitaman dirangkai menjadi badan semut. Sedangkan buah pohon nyamplung dibikin jadi kepala dengan hiasan biji saga merah sebagai mata dan biji buah pohon sangga tuntheng sebagai hidungnya. Sosok semut itu ternyata memadukan buah dan biji dari empat jenis pohon.

Edi hanya menggunakan tali sederhana sebagai tangan dan kaki semut. Semut itu dibentuk seperti orang tiduran di kursi pantai. Kulit buah mahoni dipotong membentuk elips dengan dua sudut lancip sebagai kursi pantai. Sementara di samping semut itu diletakkan sebuah meja lingkaran dan payung di atasnya.

Advertisement

Payung itu pun dibuat dari kulit buah jambe dengan tiang kayu seadanya. Di meja kecil itu diletakkan sesuatu dengan hiasan bunga edelweiss. Alasnya pun memanfaatkan potongan kayu tak terpakai yang dibalut dengan pasir putih. Itulah gambaran produk luar biasa karya Edi Murtono.

“Dari beberapa produk, saya hanya memanfaatkan limbah kayu, terutama kayu karet. Di sekeliling rumah banyak hutan karet. Awalnya, saya mengantarkan anak-anak TPA untuk outbound di hutan karet. Saya membuat permainan untuk mencari buah karet. Setelah terkumpul saya bawa pulang. Setelah diotak-atik, jadi semut itu,” ujar Edi saat mengirim produk ke Solo.

Lain halnya dengan lampu hias untuk melengkapi interior rumah. Lampu duduk itu memanfaatkan ranting benalu yang umurnya lebih dari satu tahun. Ranting benalu kering sering dijumpai di hutan karet. Biasanya ranting benalu itu dimanfaatkan warga untuk kayu bakar. Bagi Edi, ranting benalu itu bisa dibuat produk kreatif.

“Kayu-kayu benalu itu saya yang mencarinya ke hutan karet. Kini, warga sekitar tak lagi memanfaatkan kayu benalu sebagai kayu bakar. Katanya kalau memanfaatkan kayu itu rezekinya bisa seret. Saya biasa mencari kayu benalu itu dua pekan sekali. Kalau untuk mencari buah karetnya harus menunggu musim buah dulu,” jelas Engkis Istiyono Adhi, adik Edi Murtono, saat dijumpai Esposin, Kamis (1/11/2012).

Usaha Edi dimulai sejak 2001. Dari sekadar iseng, ternyata bisa mendatangkan order lumayan. Harga karya seni Edi itu pun relatif murah, hanya Rp1.000-Rp50.000/produk. Pemasaran produk itu masih terbatas di wilayah Soloraya dan Jogja. Dalam sebulan, Edi mampu meraup omzet Rp10 juta-Rp12 juta.

Advertisement
Rini Yustiningsih - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif