Cerita lain, keberadaan batu kuno itu menarik perhatian dari beberapa paranormal dari luar Klaten. Menurut keterangan beberapa paranormal yang disampaikan kepada warga sekitar, di bawah batu itu tersimpan harta karun. Namun, setelah dilakukan upacara ritual di area itu, sejumlah paranormal tak mampu mengangkat batu-batu tersebut. Warga sekitar juga tidak tahu batu-batu itu merupakan salah satu situs purbakala yang diduga sudah ada sejak abad ke-8 hingga abad ke-9 atau peninggalan Wangsa Sanjaya dan Wangsa Syailendra, satu zaman dengan pembangunan Candi Prambanan. Hal itu sesuai temuan dan survei tim BP3 Jateng beberapa pekan terakhir.
Promosi Dukung Perkembangan Industri Kreatif, BRI Gelar Kompetisi Creator Fest 2024
”Warga di sini tidak tahu batu-batu itu merupakan situs purbakala karena dan berada di sana sejak ratusan tahun lalu,” papar Kepala Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Jagalan, Surono. Surono yang rumahnya berdekatan dengan area permakaman mengatakan dalam beberapa pekan terakhir tim BP3 Jateng sering mengecek bebatuan kuno tersebut.
Kepala Desa Jagalan, Bety Kristanti, menyatakan keberadaan batu-batu itu sudah lama diketahui warga. Namun, mayoritas warga tidak mengerti batu-batu itu merupakan situs purbakala. “Sejak saya menjadi kepala desa di sini, tidak pernah didatangi pihak BP3 Jawa Tengah,” paparnya.
Di lokasi terpisah, tepatnya di area persawahan Dukuh Karangnongko, Desa Karangnongko, juga terdapat tumpukan batu-batu kuno. Warga menyebut lokasi itu sebagai Sumur Bandung atau Candi Karangnongko. Konon, batu-batu itu ditemukan pada 1970-an. Disebut Sumur Bandung karena di sisi timur bebatuan terdapat mata air di bawah bebatuan besar. “Mungkin dulu ini tempat persembahyangan kaum beragama Hindu,” tutur salah seorang penjaga Sumur Bandung, Suprihatin, di lokasi. Suprihatin yang sudah 20 tahun menjaga Sumur Bandung kerap didatangi orang yang bermaksud meneliti bebatuan itu. Pengamatan Espos, batu-batu yang sebagian besar tertata sebagai dasaran sebuah bangunan itu mengelilingi batu besar yang terpendam di dalam tanah.
Wahyu menerangkan kelima situs purbakala tersebut diduga merupakan situs Hindu dan Buddha peninggalan Wangsa Sanjaya dan Wangsa Syailendra atau buatan era abad ke-8 hingga ke-9 Masehi, satu zaman dengan pembangunan Candi Prambanan. Dia menduga dulu Kecamatan Karangnongko merupakan sebuah kawasan kerajaan, mengingat di kecamatan itu juga ditemukan Candi Merak yang kini sudah purnapugar. ”Atas temuan ini, BP3 Jateng akan bekerja sama dengan Balai Arkeologi untuk menindaklanjuti temuan ini dengan mengkaji dan meneliti lebih lanjut, kemudian melestarikannya,” terangnya.
Ketua Pokja Pemugaran BP3 Jateng, Sudarno, mengatakan upaya pelestarian situs-situs ini akan dilakukan dengan beberapa langkah yang telah disiapkan. Salah satunya dengan mempersiapkan juru pelihara situs purbakala yang akan ditugaskan untuk memelihara bangunan-bangunan tersebut. “Harapannya, Kecamatan Karangnongo menjadi kawasan wisata seribu candi, seperti Prambanan,” terangnya
Muhammad Khamdi
Peta menuju wilayah Kecamatan Karangnongko, Klaten, dari Kota Solo: