by Carissha Jati Tiara Putri - Espos.id Lifestyle - Rabu, 30 Agustus 2023 - 20:43 WIB
Esposin, SOLO-Pada 30-31 Agustus 2023 bakal terjadi fenomena Super Blue Moon, ketahui apa efek Supermoon ini bagi tubuh manusia. Simak ulasannya di info sehat kali ini.
Fenomena supermoon ini mengacu pada Bulan baru atau Bulan Purnama yang terjadi pada waktu yang hampir bersamaan dengan posisi bulan terdekat dengan Bumi dalam orbit bulanannya. Bulan Purnama ini disebut bulan super atau Supermoon lantaran jaraknya dekat dengan perige (garis edar suatu benda langit yang terdekat dengan bumi).
Istilah Supermoon ini diciptakan oleh seorang astrolog, dan istilah ini mulai digunakan secara luas akhir-akhir ini. Ternyata fenomena alam ini terjadi empat kali berturut-turut pada tahun 2023. Kita akan menyaksikan Supermoon ketiga yang “paling super” pada 2023 pada tanggal 30-31 Agustus, kamu dapat melihatnya dari senja hingga fajar.
Peristiwa Supermoon ini memang diketahui mempengaruhi alam misalnya pasang surutnya air laut, namun bagaimana dengan pengaruhnya bagi tubuh manusia? Apakah ada kebenaran ilmiah di balik cara Bulan menyihir kita?
Peristiwa Supermoon ini memang diketahui mempengaruhi alam misalnya pasang surutnya air laut, namun bagaimana dengan pengaruhnya bagi tubuh manusia? Apakah ada kebenaran ilmiah di balik cara Bulan menyihir kita?
Melansir dari Cleveland Clinic pada Rabu (30/8/2023), menurut psikolog Susan Albers, PsyD menjelaskan bebrapa pengaruh Supermoon pada tubuh manusia yang selama ini dipercayai berdasarkan penelitian-penelitan yang dilakukan:
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan terhadap 17 orang, para peneliti mengetahui bahwa pasien mereka mengalami siklus cepat antara depresi dan mania, dan bahwa siklus cepat ini tidak terjadi secara acak melainkan selaras dengan siklus bulan. Meskipun mekanisme pasti yang menyebabkan hal ini tidak diketahui, diyakini bahwa perubahan suasana hati yang cepat tersebut disebabkan oleh gangguan ritme sirkadian dan siklus tidur-bangun mereka.
Jika tubuh terpapar hal-hal seperti cahaya buatan atau bahkan cahaya terang dari bulan purnama, hal ini mungkin berdampak pada kemampuan kamu untuk tertidur.
Salah satu alasan mengapa mempelajari hubungan antara siklus Bulan dan kemampuan kita untuk tidur sulit dilakukan adalah karena penelitian selalu bertentangan satu sama lain. Banyak penelitian tentang tidur dilakukan di laboratorium yang dikontrol ketat dan memiliki penerangan yang baik, sehingga membuat beberapa peneliti mempertanyakan keakuratan hasilnya. Banyak peneliti bertanya-tanya apakah bias implisit seseorang tentang pengaruh bulan terhadap kehidupan mereka mungkin menyimpang dari hasil tertentu.
Namun sebuah studi pada 2013 menemukan cara untuk mengatasi hal tersebut dimana para peneliti menemukan fakta bahwa ketika Bulan Purnama muncul, orang menghabiskan 30% lebih sedikit waktu untuk tidur (tidur nyenyak) dan tidur 20 menit lebih sedikit dibandingkan saat tidak ada Bulan Purnama. Perubahan ini juga dikaitkan dengan penurunan kadar melatonin.
Meskipun kita tahu ada banyak faktor internal dan eksternal yang dapat berdampak pada ovulasi, kehamilan, dan persalinan manusia, penelitian lebih lanjut perlu dilakukan untuk menentukan dampak pasti siklus bulan terhadap angka kelahiran.
Pemeriksaan terhadap 1.507 kelahiran di sebuah rumah sakit di Fukutsu, Jepang, antara Januari 1996 dan Maret 2007 menunjukkan bahwa terdapat lebih banyak kelahiran pada malam hari saat Bulan Purnama dan lebih banyak kelahiran pada siang hari sekitar waktu bulan purnama. Namun penelitian lainnya terhadap 23.689 kelahiran dari tahun 1810 hingga 1929 tidak mengungkapkan adanya pola atau korelasi antara siklus bulan dan frekuensi kelahiran.