Esposin, SOLO-Tanpa sadar orang tua mengasuh anak dengan pola asuh yang toxic sehingga dapat berdampak terhadap kesehatan mental anak. Sima ulasannya di tips parenting kali ini.
Anak tumbuh dari didikan toxic dapat meninggalkan luka emosional yang mendalam, hal tersebut dapat mempengaruhi harga diri, hubungan, dan kesejahteraan di masa depan.
Promosi BRI Dampingi Petani Jeruk Semboro di Jember Terapkan Pertanian Berkelanjutan
Hubungan toxic antara orang tua dengan anak dapat menimbulkan trauma yang mendalam. Dampak yang dihasilkan dari didikan tersebut akan menetap hingga mereka dewasa.
Ciri-ciri orang tua yang toxic yaitu perilaku manipulatif, kurang memberi perhatian, bahkan bersikap kasar kepada anak. Anak akan selalu mengingat setiap perkataan dan tindakan toxic yang dilakukan orang tua mereka. Hubungan toxic akan berdampak besar pada kesehatan mental, kesejahteraan emosional, keterampilan sosial, dan prestasi anak. Selain itu, pertumbuhan dan masa depan anak juga akan terpengaruh karena hubungan toxic.
Dikutip dari hindustantime.com pada Kamis (26/9/2024) dr. Shubh Karman Singh Saini, MD Psikiater, Pakar De-Addiction, dan Seksolog di Rumah Sakit Manjeet Saini, Jalandhar, mengatakan bahwa anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua yang toxic akan terpapar kekerasan emosional, psikologis, atau fisik yang terus-menerus, yang menyebabkan gejala kecemasan kronis, depresi, rendah diri, dll. Anak-anak sering merasa tidak berharga, cenderung berpikir berlebihan, menganggap tindakan normal sebagai hal yang negatif, dan terkadang menarik diri dari pergaulan.
Kekerasan fisik yang terus dilakukan di rumah juga dapat menyebabkan post traumatic stress disorder (PTSD) pada anak, biasanya ditunjukkan pada akhir masa remaja. Selain itu, anak tersebut memiliki mekanisme penanganan yang kurang berkembang, sehingga sangat sulit bagi mereka untuk menghadapi situasi yang membuat stres. Tak hanya itu, mereka juga sangat mudah menyerah.
Berikut ini beberapa dampak yang dapat terjadi pada pola asuh yang toxic dari orang tua terhadap anak:
1. Masalah kesehatan mental
Masalah kesehatan mental yang dapat terjadi adalah kecemasan, depresi, PTSD, harga diri rendah, dan pikiran untuk bunuh diri sangat umum terjadi pada anak-anak tersebut.
2. Masalah hubungan dan perilaku sosial
Umumnya, anak-anak yang dibesarkan dalam pola asuh toxic akan kesulitan dalam membangun dan mempertahankan hubungan yang sehat. Anak-anak sering merasa salah tempat, disalahpahami, dan sulit memiliki kepercayaan dalam suatu hubungan. Mereka juga dapat meniru perilaku toxic yang pernah dilakukan orang tua mereka. Tekanan yang dilakukan juga dapat memicu sikap tidak terima atas sebuah penolakan.
3. Pencapaian akademik menurun
Menurunnya pencapaian akademik menjadi dampak yang dirasakan oleh sebagian anak. Di antara mereka terdapat anak yang sering membolos pada saat pelajaran. Penurunan motivasi belajar, fokus, dan konsentrasi diakibatkan oleh trauma yang terus-menerus menghantui pikiran.
4. Efek jangka panjang
Efek jangka dapat menyebabkan penurunan kinerja kerja, kesulitan dalam sebuah tantangan, keraguan diri, kesulitan dalam mempertahankan pernikahan yang baik. Luka emosional yang biasanya muncul adalah perasaan depresi, kecemasan, perubahan kepribadian, dan kesulitan tidur.
Lalu, bagaimana cara mengatasi dampak pola asuh toxic dari orang tua terhadap anak?
“Penting untuk dipahami bahwa pemulihan dapat dilakukan dengan mengubah pola pikir negatif yang mengganggu kehidupan pribadi dan sosial anak,” kata dr. Shubh Karman.
Berikut ini beberapa strategi efektif untuk mengatasi dampak pola asuh toxic dari orang tua terhadap anak adalah :
1. Merancang perawatan khusus yang mencakup pengobatan.
2. Cognitive Behavioral Therapy (CBT) untuk mengatasi dan mengubah pola pikir negatif.
3. Mengikuti kelompok dukungan di mana anak-anak menghadapi tantangan serupa dan sedang dalam masa pemulihan agar dapat berbagi pengalaman dan menawarkan dukungan.
4. Melakukan yoga dan meditasi untuk membantu mengelola stres dan meningkatkan pengaturan emosi.
5. Praktik perawatan diri yang mendukung hidup sehat, kesejahteraan emosional, motivasi, dan kebersihan mental.