by Astrid Prihatini Wd - Espos.id Lifestyle - Rabu, 11 Mei 2022 - 17:35 WIB
Esposin, SOLO-Agar tidak panik atau waswas, sebaiknya ketahui beda hepatitis akut misterius dengan hepatitis biasa. Sebagaimana diketahui sebanyak tiga pasien berusia kanak-kanak di Jakarta meninggal dunia terkena penyakit misterius ini.
Kasus infeksi hepatitis misterius tersebut terkait dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sebelumnya telah ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). WHO melaporkan muncul serangkaian kasus infeksi hepatitis yang terjadi dalam waktu yang berdekatan di berbagai negara sejak 15 April 2022.
Lantas, bagaimana perbedaan hepatitis akut misterius ini dengan tipe-tipe hepatitis biasa yang sudah ada? Berikut ini ulasannya seperti dikutip dari berbagai sumber pada Rabu (11/5/2022):
Baca Juga: IDAI Jateng Lacak Penularan Hepatitis Akut, 420 Dokter Dikerahkan
"Nah ini semuanya negatif," ungkap mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Profesor Tjandra Yoga Aditama.
Baca Juga: Apakah Vaksin Hepatitis Bisa Cegah Hepatitis Akut Misterius pada Anak?
Sementara itu, seperti dikutip dari rilis Kemenkes yang diterima Esposin, Prof. Dr. dr. Hanifah Oswari, Sp. A, mengatakan, secara umum gejala awal penyakit hepatitis akut dan misterius adalah mual, muntah, sakit perut, diare, kadang disertai demam ringan. Selanjutnya, gejala akan semakin berat seperti air kencing berwarna pekat seperti teh dan BAB berwarna gelap.
Kemenkes melaporkan beberapa gejala yang ditemukan pada pasien hepatitis akut yang meliputi:
- Mual - Muntah - Diare berat - Demam - Kuning - Kejang - Penurunan kesadaran
Baca Juga: Waduh, Hepatitis Misterius Sudah Menyebar di 20 Negara
Tidak seperti hepatitis B maupun C yang disinyalir menjangkit pasien dari berbagai sumber seperti lingkungan yang tidak memiliki sanitasi yang memadai. "Dengan etiologi yang belum jelas, apakah ada kaitan dengan penularan dengan makanan, atau obat-obatan tertentu, apakah ada kaitan dengan vaksin Covid-10 atau toxic tertentu, ini sangat berbeda dengan hepatitis kronis yang sudah ada di Indonesia seperti hepatitis B dan C," ujar Najmah Usman selaku epidemiolog Universitas Sriwijaya.