style
Langganan

Ingin Anak Disiplin, Orang Tua Bisa Lakukan Hal Ini - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Mahardini Nur Afifah  - Espos.id Lifestyle  -  Rabu, 30 Januari 2019 - 02:00 WIB

ESPOS.ID - More than just publish.

Esposin, SOLO--Akhir pekan tiba. Saatnya keluarga kecil Mona, 35, berkumpul dan terkoneksi setelah nyaris sepekan terpisah kesibukan. Pada hari biasa, ayah sibuk dengan pekerjaan, si sulung sekolah dari pagi sampai sore, ibu juga bekerja dari pagi sampai sore, hanya si kecil yang i rumah.

 Suatu Sabtu yang mendung itu, mereka berkumpul di depan televisi sembari melihat serial kartun kegemaran bungsunya yang baru berumur tiga tahun. Di tengah-tengah adegan seru, tercium aroma tidak sedap dari sang kakak yang sedangt bermain games di telepon pintar orang tuanya. “Kakak, kamu buang air lagi ditahan ya?” tanya sang ibu sewot.

Advertisement

 Si sulung yang sembari tadi sibuk bermain telepon pintar tanpa mengontrol keinginan buang air cuma nyengir sembari menunjukkan celananya yang basah. “Kamu sudah masuk SD masih suka mengompol. Nanti jadi kebiasaan kalau di sekolah juga begitu bagaimana? Malu sama teman dan guru,” omel ayahnya.

 Si sulung yang berusia tujuh tahun itu lalu ke kamar mandi. Ia membasuh sendiri bekas buang airnya. Lantas memasukkan celana kotor ke mesin cuci. Setelah itu, ia mengambil celana bersih di lemari sembari melihat ibunya mengepel lantai yang kotor dan menyingkirkan karpet yang terkena ompol.

Advertisement

 Si sulung yang berusia tujuh tahun itu lalu ke kamar mandi. Ia membasuh sendiri bekas buang airnya. Lantas memasukkan celana kotor ke mesin cuci. Setelah itu, ia mengambil celana bersih di lemari sembari melihat ibunya mengepel lantai yang kotor dan menyingkirkan karpet yang terkena ompol.

 “Dia sudah tahu konsekuensinya kalau menahan buang air sampai mengompol itu artinya tidak ada jatah mainan handphone [HP]. Kendati akhir pekan bisa main HP sepuasnya. Tapi bagaimana lagi. Tidak ada cara lebih ampuh mendisiplinkan kebiasaan jeleknya malas ke kamar mandi kalau sudah mainan,” tutur Mona ketika berbincang dengan Esposin, Selasa (23/1/2019).

 Ia mengatakan mulai menerapkan konsep hukuman untuk mendisiplinkan anaknya setelah si sulung masuk SD. Saat masih berusia balita, anaknya relatif penurut. Dengan pola yang diterapkan juga cenderung stabil dan menjalankan.

Advertisement

 Menurut Mona, kedua anaknya tipe orang yang tidak bisa dibentak. Alih-alih menurut, saat dibentak justru mereka ikut emosi. Sehingga tensi di rumah meninggi. Dari situ ia mulai meminimalkan omelan atau teriakan saat mendidik anaknya.

 “Nanti setelah mau tidur, biasanya kami brain washed mereka kalau ini baiknya begini. Kenapa enggak boleh begitu. Dan seterusnya. Cara itu justru efisien dan nempel di memori mereka,” bebernya.

 Lain lagi pengalaman Arifin, 34. Bapak dua anak berusia tujuh tahun dan tiga bulan ini tidak menerapkan hukuman dan teriakan untuk mendisiplinkan anaknya. Sebagai seorang tenaga pendidik, ia percaya anak bisa disiplin hanya dengan pengertian. Ia lebih saklek mendisiplinkan buah hatinya dengan jalan memberikan contoh.

Advertisement

 “Dari hal kecil. Misalkan saat makan duduk dan berdoa. Mereka semula mengamati lalu akan mengikuti. Ini juga berlaku untuk salat lima waktu. Dari TK anak sudah dibiasakan. Lingkungan juga harus ikut mengondisikan. Membereskan mainan juga demikian. Kalau diberi contoh mereka anak mengikuti,” tuturnya.

 Arifin mengatakan laiknya anak-anak biasanya juga tidak langsung otomatis disiplin. Ada kalanya si kecil ngeyel atau menawar saat akan menjalankan tugas atau kewajibannya. Ia biasanya menerapkan batas toleransi namun sebisa mungkin tidak sampai membentak.

 “Biasanya kalau anak melakukan kesalahan, saya lihat dulu. Sampai dia tahu kalau bapaknya tidak berkenan. Dari rasa sungkan itu, nanti dia akan luluh dan segera mengerjakan arahan tadi. Baru setelah selesai, saya kasih tahu,” ujar dia.

Advertisement

 Menurut Arifin, keluarganya mulai menanamkan nilai kedisiplinan saat anak mulai mengenal pendidikan nonformal di taman bermain. Ia menyebut pemahaman anak pada usia tersebut sudah tumbuh dan mereka bisa mulai diberikan instruksi tertentu.

 Agar anaknya tumbuh tidak dalam keluarga yang mendikte, untuk soal belajar ia tipikal bapak yang tidak terlalu menuntut anaknya di bidang akademis. Namun ia berupaya menyediakan beragam fasilitas seperti buku, boleh browsing lewat HP didampingi istrinya yang menjadi ibu rumah tangga, atau memberikan akses kebebasan buat anaknya menyambangi taman baca setempat.

 Arifin berpendapat anak yang punya bekal kedisiplinan dari rumah, studinya di sekolah tidak menemui kendala berarti. Menurut dia, dukungan keluarga di rumah memegang peranan krusial untuk bekal anak ke depan.

Advertisement
Ivan Indrakesuma - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif