Esposin, SOLO -- Berpuasa di Bulan Ramadan diwajibkan bagi umat Islam. Ibadah ini mendatangkan kenikmatan tersendiri bagi mereka yang menjalankannya. Selain dijanjikan berlimpah pahala juga memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh ditinjau secara medis.
Promosi 12 Pemain BRI Liga 1 Perkuat Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia
Berpuasa diyakini memberikan manfaat bagi tubuh, jiwa, dan pikiran mereka yang menjalaninya. Dengan berpuasa, tubuh dapat mengistirahatkan saluran pencernaaan, enzim, hormon, dan organ-organ tubuh yang biasanya bekerja terus pada hari biasa.
Kendati berpuasa adalah amalan yang dijanjikan berlimpah pahala dan memberikan manfaat kesehatan bagi tubuh, tidak semua orang wajib menjalankannya. Ada kondisi tertentu yang membuat seseorang diperbolehkan tidak berpuasa, seperti ibu yang sedang hamil atau menyusui, orang yang sudah berusia lanjut dan dalam kondisi lemah, serta mereka yang sedang sakit berat atau parah.
Mengenai penyakit terkait puasa, ada suatu penyakit yang dapat memengaruhi kondisi tubuh apabila penderitanya menjalani puasa, yakni diabetes mellitus atau penyakit gula.
Menurut dokter spesialis penyakit dalam Rumah Sakit (RS) PKU Muhammadiyah Solo, Wahyu Aji Wibowo, diabetes melitus (kencing manis) adalah penyakit metabolis yang ditandai kadar gula tinggi dan dapat menyebabkan komplikasi akut dan kronis.
“Diabetes melitus atau kencing manis pada seseorang disebabkan karena kurangnya insulin dan kerja insulin kurang baik,” terang Aji kepada
Setiap datang Ramadan, selalu muncul pertanyaan mengenai penyakit diabetes melitus kaitannya dengan puasa. Pertanyaannya pun hampir sama, bolehkah penderita diabetes melitus berpuasa?
Sejak Subuh hingga Magrib saat Ramadan, muslim tidak mengonsumi makanan, minuman, hingga obat oral. Hanya ada dua jadwal makan yaitu sebelum Matahari terbit (sahur) dan setelah Matahari terbenam (iftar) saat berbuka puasa.
Bagi penderita diabetes melitus, hal ini patut diperhatikan. Mereka harus mengonsumsi obat dan mendapatkan suntikan insulin. Karena itu, konsumsi obat dan waktu suntik insulin juga berubah.
“Kendati demikian, mereka yang mengalami diabetes melitus masih dapat menjalankan puasa dengan aman apabila didukung perencanaan yang matang untuk menghindari kondisi yang tidak diinginkan,” terang Aji.
Karena itu, pasien yang ingin berpuasa perlu berkonsultasi dengan dokter. Tujuannya untuk mendapatkan strategi yang tepat dan aman selama berpuasa.
“Saat berkonsultasi dengan dokternya, pasien diabetes melitus harus lebih kritis atau banyak bertanya mengenai kondisi penyakitnya dan hal-hal apa yang perlu dipersiapkan menjelang puasa dan apa yang perlu dilakukan selama berpuasa,” ujar Aji.