style
Langganan

IDAI Sebut Persebaran TBC Harus Dilacak seperti Kasus Covid-19 - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Newswire  - Espos.id Lifestyle  -  Selasa, 21 Maret 2023 - 23:55 WIB

ESPOS.ID - Ilustrasi batuk (Freepik.com)

Esposin, SOLO-Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Respirologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Rina Triasih, mengatakan persebaran penyakit menular Tuberculosis (TBC) atau TBC perlu dilacak (tracing), sama halnya dengan Covid-19. Jelang Hari TBC Sedunia 2023 yang diperingati pada 24 Maret, simak ulasannya di info sehat kali ini.

Hal ini menurutnya TBC lebih mengkhawatirkan, mengingat gejala orang yang terjangkit tidak akan muncul dalam waktu singkat seperti Covid-19 yang dapat dideteksi hanya dalam hitungan hari, dan paling lama dua pekan.

Advertisement

“Kontak tracing khusus TBC itu sudah ada sejak 2006 tapi masih tidak dilakukan dengan baik,” ujar Rina pada konferensi pers yang disiarkan secara daring, Senin (20/3/2023) dan dikutip dari Antara pada Selasa (21/3/2023).

Rina menjelaskan, gejala TBC bagi seseorang yang terjangkit baru akan muncul hingga dua tahun setelahnya. Sedangkan pada sebagian besar kasus, gejala akan muncul dalam periode satu tahun.

Advertisement

Rina menjelaskan, gejala TBC bagi seseorang yang terjangkit baru akan muncul hingga dua tahun setelahnya. Sedangkan pada sebagian besar kasus, gejala akan muncul dalam periode satu tahun.

“Sehingga kalau kita kontak dengan pasien TBC tidak akan ada gejala dalam waktu dekat, akan terlihat sehat, sehingga ini perlu kita waspadai,” tambahnya.

Pada tahun 2021, tercatat 969 pasien TBC di Indonesia, namun Rina menyebut capaian utama program TBC Nasional seperti indikator penemuan dan pengobatan pada TB sensitif obat (SO) maupun TB resisten obat (RO) masih di bawah target. “Yang sudah terdata masuk pada program TBC Nasional itu baru sekitar 46 persennya, artinya, masih ada 54 persen kasus ini yang hilang, tidak terdeteksi,” kata Rina.

Advertisement

Meski begitu, kasus TBC pada anak di tahun lalu melonjak hingga mencapai 88.000 kasus.  “Apakah pelonjakan ini akibat pandemi mereka banyak di rumah jadi tidak berobat, bisa jadi daya tahan anak-anak yang semakin rendah, atau memang tracing-nya yang semakin gencar? Ini masih harus dievaluasi,” imbuhnya.

Untuk itu, Rina tak henti mengingatkan masyarakat untuk tidak menyepelekan TBC, selain berusaha melakukan pelacakan lebih masif bagi pemerintah dan berbagai fasilitas kesehatan.

Ketua UKK Respirologi IDAI itu juga mengimbau masyarakat untuk segera melakukan vaksin khusus TBC untuk menekan angka kasus kejadian. “Apakah TBC bisa dicegah? Bisa, karena TBC sudah ada vaksinnya, tidak untuk anak dan remaja saja tapi juga dewasa. Obat ini disediakan gratis dari pemerintah,” kata dia.

Advertisement

Sama seperti negara-negara lain, hingga saat ini Indonesia masih berusaha untuk mencapai target bebas TBC pada tahun 2030.

Advertisement
Astrid Prihatini WD - I am a journalist who loves traveling, healthy lifestyle and doing yoga.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif