Harianjogja.com, JOGJA- Alzheimer, penyakit karena gangguan otak atau dimensia (pikun) agaknya perlu diwaspadai sejak dini. Ancaman penyakit ini bisa datang hanya karena galau secara
terus-menerus.
Promosi Berkat Pemberdayaan BRI, UMKM Ini Optimalkan Produk Bambu hingga Mancanegara
“Stop galau, dampaknya pada masa tua,” ujar Executive Director Yayasan Non- profit Alzheimer's Indonesia (ALZI), Kusuma Dewi Suharya usai bertemu dengan Gubernur DIY Sri Sultan
Hamengku Buwono X di Kepatihan, Rabu (13/8/2014), dalam rangkaian peringatan bulan Alzheimer pada September mendatang.
Gaya hidup tidak sehat, stress, depresi, menurut dia, menjadi penyebab Alzheimer, selain karena faktor genetis. ALZI mencatat penderita Alzhemeir (pikun) di Indonesia pada 2013 mencapai
satu juta orang. Angka ini diperkikaran mengalami peningkatan sampai empat juta sampai kurun waktu 2050. DIY menjadi kota yang paling potensial menambah angka penderita, karena DIY
yang dikenal sebagai kota pensiun memiliki banyak lansia.
Hal yang dapat dilakukan untuk mencegahnya ialah dengan mengatur pola hidup sehat, baik dari makan, atapun rutin melakukan kegiatan fisik.
“Olah raga minimal 150 menit per minggu,” ujarnya.
Hanya persoalannya, banyak masyarakat yang menganggap pikun itu adalah hal biasa pada lansia. Masyarakat juga tidak menyadari mengenai gejala- gejalanya. Makanya, di beberapa daerah
banyak keluarga kehilangan orang tuanya yang sudah lansia, karena lupa jalan pulang. Gejala Alzheimer di antaranya gangguan daya ingat, sulit fokus, menarik diri dari pergaulan dan adanya
perubahan perubahan perilaku kepribadian.
Untuk memastikannya, ia menyarankan agar langsung melakukan deteksi dini ke rumah sakit. Di DIY, hanya dilayani di RSUP Dr. Sardjito, karena rumah sakit satu-satunya yang memiliki Klinik Memori. Biaya ke klinik disebutnya tak mahal, setidaknya tak sebesar biaya yang harus dikeluarkan ketika terjangki Alzheimer.
“Hanya Rp300.000. Sedangkan biaya perawatannya di Jakarta bisa Rp7-10 juta perbulan untuk membeli pampers dan perawatan rutin lainnya,” kata anak penderita Alzheimer ini.
Permasalahan lainnya, Ketua Alzheimer's Jogja, KRAy Setianingsih Moerwengdiyah menambahkan karena salah kaprahnya keluarga merawat orang tuanya.
“Dengan alasan sayang, menyuruh orang tuanya yang sudah lansia untuk duduk manis,” ujarnya.
Padahal, hal itu justru dapat memicu Alzheimer. Lansia, menurutnya, harus dibiarkan untuk menjalani aktivitas ringan yang dapat menstimulus otak seperti berkebun, memasak, menjahit baju dan
lain sebagainya.