Sejauh ini orang mengenal tela ungu hanya sebatas untuk membuat keripik, atau makanan rebus biasa. Bahkan, banyak yang menganggap tela ungu adalah makanan kampung yang mulai tidak dilirik lagi.
Promosi 12 Pemain BRI Liga 1 Perkuat Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia
Tapi, berbeda dengan Fitri Sundari pemilik toko kue Tsabita, yang awalnya hanya tertarik dengan segala sesuatu yang berwarna ungu.
“Saya ingin, bagaimana agar tela ungu ini diolah dimodifikasi sehingga kemudian diminati banyak orang,” kata Fitri, saat ditemui wartawan, di lokasi usahanya di Jl Semenromo 46, Ngruki, Cemani, Sukoharjo. Selasa (23/8/2011).
Berawal dari browsing internet, Fitri menemukan bahwa tela ungu memiliki banyak manfaat. Seperti, mengandung banyak antioksidan, dan warna ungu dalam tela tersebut juga ada manfaatnya.
Di Soloraya, Tawangmangu adalah salah satu daerah penghasil utama. Saat ini ia pun bisa memaksimalkan potensi tela ungu yang diproduksi petani. “Sebelumnya, kami pernah survei di Tawangmangu, pemanfaatan tela ungu itu maksimal hanya untuk keripik.”
Dengan berkali-kali melakukan percobaan, Tsabita pun akhirnya bisa memodifikasi tela ungu itu menjadi beragam bentuk kue dan roti. Hanya melalui proses dikukus, dihaluskan kemudian dibuat roti.
“Kami sudah mencoba sekitar 30 item cake tela ungu. Seperti, variasi cake, muffin, brownis, filling roti manis, hingga snack tradisional.
“Inovasi ini kami buat tanpa bahan pengawet. Sehingga, PR kami ke depan adalah bagaimana membuat hasil cake tadi terutama filling roti itu bisa lebih awet.”
Marketing Manager Tsabita, Erni, menambahkan Tsabita akan mengawali bisnis kue tela ungu dengan memasarkan dan mempromokan beberapa variasi cake. Seperti tela ungu strusel, tela ungu keju, tela ungu batik dan tela ungu brownis, di pusat-pusat perbelanjaan modern. Karena, variasi kue itu memang membidik segmen pasar middle up.
“Harga jual produk baru akan kami fix kan besok (hari ini-red) saat kue-kue ini mulai kami pasarkan. Tapi, jika dibandingkan dengan roti biasa yang hanya berbahan dasar tepung, kue tela ungu memakan biaya produksi yang lebih tinggi, karena untuk mencapai kualitas rasa yang enak, maka porsi pemakaian susu, kuning telur dan sentuhan bahan khusus itu lebih banyak,” paparnya.
(Hijriyah Al Wakhidah)