by Bc - Espos.id Lifestyle - Jumat, 4 Desember 2020 - 19:48 WIB
Esposin, SOLO – Baby Blues adalah gangguan suasana hati ibu yang baru saja melahirka. Kondisi ini menyebabkan ibu mudah tersinggung, tiba-tiba menangis, cemas, merasa bersalah, dan perasaan negatif lainnya. Apabila tidak diatasi dengan baik bisa berkembang menjadi depresi pascamelahirkan atau DPM.
Dokter Spesialis Kebidanan & Kandungan RS Triharsi Solo, dr. Setyo Budi Bawono, Sp.OG (K) menjelaskan DPM merupakan bentuk depresi mayor. Seringkali dialami ibu yang melahirkan bayi pertama. DPM biasanya terjadi pada tahun pertama kelahiran bayi.
“Periode pascamelahirkan bayi pertama merupakan periode transisi kehidupan baru yang cukup membuat stres. Tidak hanya pada ibu baru melainkan juga ayah baru,” jelas dr. Setyo .
Lebih lanjut dr. Setyo mengatakan bahwa depresi pascamelahirkan merupakan perubahan fisikal, emosional, tingkah laku yang kompleks setelah melahirkan. Ditambah dengan perubahan kimia dalam tubuh, sosial dan psikologis yang diasosiasikan dengan kehadiran bayi.
Lebih lanjut dr. Setyo mengatakan bahwa depresi pascamelahirkan merupakan perubahan fisikal, emosional, tingkah laku yang kompleks setelah melahirkan. Ditambah dengan perubahan kimia dalam tubuh, sosial dan psikologis yang diasosiasikan dengan kehadiran bayi.
Terdapat tiga bentuk depresi yang berkaitan dengan stres pascamelahirkan, yaitu postpartum blues, postpartum depression, dan postpartum psychosis. Postpartum blues sering dikenal sebagai baby blues. Kondisi ini memengaruhi 50%-75% ibu setelah proses melahirkan.
RS Triharsi Solo Bertransformasi, Pasien dan Pengunjung Kian Nyaman
dr. Setyo menambahkan bahwa ibu yang mengalami baby blues seringkali menangis secara terus menerus tanpa sebab yang pasti dan mengalami kecemasan. Keadaan ini berlangsung pada pekan pertama setelah melahirkan.Gejala depresi pascamelahirkan meliputi gangguan emosional, perilaku dan simtom fisik. Selain itu dr. Setyo menyebut gangguan emosional meliputi sikap mudah tersinggung, perasaan sedih, dan hilang harapan. Juga tidak berdaya, mood swings, ingin menyakiti orang lain termasuk bayinya, diri sendiri ataupun suami. Bahkan merasa bersalah, dan takut kesendirian.
Kamu Alami Hal Ini? Hati-hati Bisa Jadi Tanda Daya Tahan Tubuh Lemah
“Berbagai kondisi yang mempengaruhi munculnya depresi pascamelahirkan antara lain komplikasi dalam proses melahirkan. Kepercataan diri yang rendah, gangguan kesehatan pada bayi, adanya perubahan besar pada kehidupan. Juga kurangnya dukungan sosial bagi ibu dalam menangani bayinya,” kata dokter Setyo.
Bisa Bantu Cegah Depresi, Ini Tips Hidup Minimalis di Masa Pandemi
Penanggulangan untuk ibu dan bayi, serta memperbaiki hubungan ibu dan bayi, adalah dengan relaksasi sederhana. Juga terapi kognitif, komunikasi, dan melakukan humor agar penderita lebih nyaman.“Apabila gangguan yang diderita cukup berat dan ibu tidak mau menyusui, dapat diberi obat antidepresan,” jelasnya.
Jika Anda menginginkan pejelasan lebih lanjut mengenai depresi pascamelahirkan, bisa datang ke RS Triharsi Solo, Jl. Monginsidi No. 82, Solo. Bisa juga telepon ke (0271) 656903, 646061, atau WhatsApp (WA) 0852 8000 7000. Anda juga bisa mengakses Facebook: RS Triharsi Surakarta, Instagram: RSU Triharsi Surakarta, dan Twitter: RS Triharsi.