Seorang dokter gigi tanpa gelar, Aryo Miftah, biasa dipanggil Dokter Aryo, sudah membuka ruang praktik di depan rumahnya sejak pukul 07.00 pagi. Dia mengambil beberapa gigi palsu, yang terpasang dalam cetakan plester dari wadah kaca, lalu menaruhnya di atas meja bersama beberapa peralatan yang telah disusun rapi. Dia mengenakan kemeja kotak-kotak tanpa kerah, dirapatkan pada lehernya dengan sebuah kancing keemasan, dan celana yang ditarik dengan tali sandang elastis. Dia terlihat kaku dan tirus, dengan tatapan mata yang serba awas dan waspada, tetapi pendengarannya agak tuli dan terbatas.
Ketika selesai mengatur semuanya, dia mengambil bor gigi ke arah kursi praktiknya dan duduk untuk memoles gigi palsu. Setelah jam delapan, dia berhenti sebentar untuk melihat ke arah langit dari jendela, dan dia melihat dua merpati hinggap di atas bubungan rumah tetangga sambil mengeringkan tubuh mereka di bawah sinar matahari.
Sudah Langganan ? Login
Lanjutkan Membaca...
Silakan berlangganan untuk membaca artikel ini dan dapatkan berbagai konten menarik di Espos Plus.