style
Langganan

Catat, Tidur di Akhir Pekan Bisa Mengurangi Risiko Penyakit Jantung - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Newswire  - Espos.id Lifestyle  -  Minggu, 8 September 2024 - 21:16 WIB

ESPOS.ID - Ilustrasi tidur nyenyak. (Freepik)

Esposin, JAKARTA - Mungkin semua orang tahu bahwa mendapatkan 7 jam tidur diperlukan untuk gaya hidup yang sehat. Akademi Kedokteran Tidur Amerika juga menyarankan hal yang sama.

Namun, banyak yang kesulitan untuk menerapkan kebiasaan sehat ini karena berbagai alasan, termasuk gaya hidup yang cepat dan kebiasaan tidak sehat. Namun, jika mengejar kekurangan tidur ini di akhir pekan, ada kabar baik.

Advertisement

Dikutip Antaranews dari The Hindustan Times, Minggu (8/9/2024), berdasarkan sebuah studi yang dipresentasikan dalam pertemuan terbaru dari European Society of Cardiology (ESC), tidur lebih lama di akhir pekan dapat mengurangi risiko penyakit jantung hingga 20 persen.

Laporan baru ini dipresentasikan oleh penulis Yanjun Song dari Pusat Penyakit Kardiovaskular Nasional Tiongkok.

Advertisement

Laporan baru ini dipresentasikan oleh penulis Yanjun Song dari Pusat Penyakit Kardiovaskular Nasional Tiongkok.

Penelitian tersebut menyatakan tidur kompensasi yang cukup terkait dengan risiko penyakit jantung yang lebih rendah. Mereka menemukan efek ini signifikan di antara orang-orang yang secara teratur mengalami kurang tidur di hari kerja.

Para peneliti melakukan studi pada 91 ribu peserta yang dibagi menjadi empat kelompok yang kira-kira sama besar, berdasarkan siapa yang tidur paling sedikit dan siapa yang tidur paling banyak per malam.

Advertisement

Studi ini menemukan kelompok yang tidur paling lama di akhir pekan memiliki kemungkinan 19 persen lebih rendah untuk mengembangkan penyakit jantung, dan mereka yang mengidentifikasi diri sebagai kekurangan tidur dan mengejar tidur di akhir pekan memiliki risiko 20 persen lebih rendah untuk mengembangkan penyakit jantung.

Namun, penulis studi ESC mencatat beberapa faktor yang membatasi penelitian mereka, termasuk 75 persen peserta tidak melaporkan tidur kurang dari tujuh jam per hari.

Selain itu, data bergantung pada laporan individu tentang kebiasaan tidur mereka, yang mungkin tidak akurat.

Advertisement

Mereka juga tidak mempertimbangkan bentuk perawatan yang mungkin diterima banyak peserta selama 14 tahun antara evaluasi. Karena alasan ini, studi ini memiliki keterbatasan.

Belum lama ini, Dokter Spesialis Neurologi dari Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) Mahar Mardjono Jakarta, dr Asnelia Devicaesaria mengungkapkan tidur yang baik hanya memerlukan waktu awal selama lima hingga lima belas menit.

"Prosesnya, atau mulai awalnya saja kita sekitar 5-15 menit. Jadi kalau bapak/ibu yang mulai tidurnya lebih dari 15 menit sampai 30 menit-an mungkin, nah ini mungkin ada kelainan pada tidurnya," katanya dalam diskusi tentang kesehatan tidur yang diikuti secara daring di Jakarta, Senin (25/3/2024) seperti dilansir Antaranews.

Advertisement

Asnelia mengungkapkan, kelainan atau gangguan tidur dapat mengganggu irama sirkardian atau jam biologis pada tubuh, di mana tubuh memiliki jadwal dalam memproduksi hormon-hormon tertentu, pada waktu tertentu.

Ia menyebutkan, gangguan tidur dapat menyebabkan sejumlah risiko seperti obesitas, tekanan darah tinggi, dan diabetes. Sedangkan tidur yang baik justru dapat mencegah dari berbagai penyakit tersebut.

"Karena sebetulnya, tidur yang baik meningkatkan konsentrasi. Aktivitas kita jadi lebih baik, badan kita fit, mood kita juga baik. Kalau mood baik, kita tidak gampang emosional dan semuanya bisa lebih terkontrol," katanya.

Karena itu, Asnelia menyarankan masyarakat untuk tidur sesuai dengan waktu yang disarankan oleh ahli kepada setiap orang, untuk masing-masing usia.

Ia menjelaskan, kebutuhan tidur pada bayi berusia 18 bulan umumnya membutuhkan tidur 12-14 jam setiap hari, balita usia 3-6 tahun dengan 11-13 jam, anak usia 6-12 tahun dengan 10 jam, remaja usia 12-18 tahun dengan 8-9 jam, dewasa usia 18-40 tahun dengan 7-8 jam setiap hari, dan lansia dengan 7 jam per hari. Demikian juga pada lansia berusia 60 tahun ke atas, dengan kebutuhan tidur cukup 6 jam per hari.

Meski demikian, Asnelia menegaskan tidur tidak hanya ditentukan oleh jumlah waktunya, namun juga diiringi dengan kualitas tidur yang baik.

"Jadi yang dibutuhkan untuk istirahat tidur ini adalah bukan seolah-olah jumlah jam, tapi dibutuhkan kualitasnya juga, bagus nggak tidurnya?" katanya.

Guna meningkatkan kualitas tidur, Asnelia menganjurkan kepada masyarakat agar menghindari olahraga berat pada malam hari, menghindari kafein pada sore dan malam hari, serta tidak menggunakan alat elektronik seperti telepon selular sebelum tidur, agar proses tidur menjadi lebih mudah.

 
Advertisement
Anik Sulistyawati - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif