Menurut pengelolanya, bisnis ini telah berjalan beberapa tahun dan terus bertahan dengan menemukan pasar baru. Seperti halnya bisnis produk-produk muslim lainnya, buku-buku agama memang memiliki segmentasi pasar tertentu karena tidak semua orang bisa menjadi konsumen. Bedanya, bisnis buku ini tak terbatas pada momen-momen tertentu.
Menjelang Ramadan ini, banyak orang yang beramai-ramai memburu kebutuhan khas muslim, mulai dari busana, kurma dan tentu saja buku-buku agama. Namun khusus untuk buku agama, konsumennya bukan hanya musiman, melainkan sepanjang tahun. “Sebenarnya buku lebih stabil. Menjelang Ramadan ini memang ada kenaikan pesanan tapi itu dari Padang dan bukan karena Ramadan,” kata Azmi Yudianto, pengelola situs islamarket.net dan moslemmarket.net yang juga marketing online buku terbitan Qiblat Press.
Meskipun tak terpengaruh Ramadan, pesanan buku-buku agama terus mengalir. Terakhir, buku produk penerbit lokal tersebut dipesan ke Pekanbaru dan Padang dalam jumlah besar. Blog-nya juga sering dikunjungi oleh peminat buku yang tinggal di luar negeri seperti Malaysia dan Belanda. Berbeda dengan produk khusus muslim lainnya, konsumsi buku agama tidak tergantung dari orang-orang yang konsumtif. Menurut Azmi, pasar buku agama memang tak bisa dilepaskan dari misi pendidikan atau dakwah orang-orang yang memesannya. Dia mencontohkan pengiriman buku ke Padang baru-baru ini terkait dengan pendirian sebuah pondok pesantren di sana.
Incaran Malaysia Solo boleh jadi menjadi salah satu gudangnya produk buku agama. Namun, prospek bisnis ini dinilai sangat bagus mengingat pasar buku bukan hanya di Solo. Marketing online pun menjadi salah satu jalan bagi pelaku bisnis ini untuk menjangkau pasar yang cukup jauh.
Karena sifatnya yang tidak terlalu banyak dipengaruhi momen tertentu, bisnis buku agama menjadi pilihan menarik bagi mereka yang juga berbisnis produk khusus muslim. Gunawan Wahyu Jatmiko misalnya, memilih ikut terjun dalam penjualan buku agama untuk melengkapi bisnis busana muslim yang dirintisnya sejak 2009. Awalnya, dia berbisnis busana dan obat herbal, kini buku juga menjadi salah satu aset pentingnya. “Beda dengan produk herbal yang perputarannya cepat, kalau buku kan tidak terpengaruh dengan momen tertentu,” katanya.
Sebenarnya Gunawan memiliki sebuah toko kecil di Klaten yang menjual buku agama dan produk herbal. Karena berskala kecil, toko itu hanya bisa menjangkau konsumen lokal. Kini, dia menekuni pemasaran buku menggunakan blog yang dibuatnya pada 2007. Blog bernama bukuislamonline.wordpress.com itu memuat berbagai katalog buku dan dari situlah sebagian besar pesanan berdatangan.
Dia mengakui bahwa pemasaran buku-buku agama tidak bisa secepat produk makanan atau obat. Namun, dia bisa mendapatkan keuntungan yang lumayan dari penjualan buku agama. Pesanan dalam jumlah besar biasanya datang dari Malaysia yang nilainya bisa mencapai puluhan juta rupiah. “Bisa saja nilai pesanannya sampai Rp 22 juta atau Rp 50 juta. Tapi itu jarang, biasanya hanya sampai Rp 2,5 juta atau Rp 3 juta,” ungkapnya.Pembeli dari Malaysia memang sudah menjadi langganannya. “Alasannya karena buku dari Indonesialah yang diskonnya paling besar,” katanya.
Adib Muttaqin Asfar