by Danang Nur Ihsan - Espos.id Lifestyle - Sabtu, 7 November 2020 - 22:29 WIB
Esposin, SOLO -- Sudah menjadi rahasia umum, buah carica menjadi oleh-oleh khas Dieng. Padahal sebenarnya buah carica ini berasal kawasan pegunungan di Amerika Selatan.
Carica atau kini banyak dikenal dengan sebutan dengan pepaya Dieng adalah tumbuhan endemik di pegunungan Andes, yang membentang dari Chili hingga Panama di Amerika Selatan.
Ia sepupu dekat jenis pepaya lainnya yang juga berasal dari Amerika Latin. Carica memiliki sederet nama botani yakni Carica pubescens, Carica quercifolia, Carica goudotiana, dan Cariaca candamarcensis.
Orang Spanyol pun memperkenalkanya ke berbagai penjuru dunia. Pemerintah Kolonial Belanda membawanya ke Indonesia menjelang akhir abad ke-19.
Orang Spanyol pun memperkenalkanya ke berbagai penjuru dunia. Pemerintah Kolonial Belanda membawanya ke Indonesia menjelang akhir abad ke-19.
Aktivitas Gunung Merapi Meningkat, Sering Gempa
Namun, pepaya gunung itu baru dibawa masuk ke Indonesia pada 1930-an. Orang Belanda memilih Dieng untuk uji coba menanam carica karena buah ini hanya bisa beradaptasi di daerah bertinggian 1.500 – 3.000 meter.
Di Bali pepaya gunung itu disebut gedang memedi. Tapi di Bali, dia kurang dibudidayakan.
Sebagaimana dikutip dari laman indonesia.go.id, Sabtu (7/11/2020), kemungkinan orang Belanda ingin membudidayakannya sebagai bahan farmasi.
Akhirnya Buka Suara, Ini Kata Gisel Soal Video Syur Mirip Dirinya
Getah dan buahnya dipercaya mengandung bahan kimia yang berguna untuk obat dan kosmetik. Namun, sebelum proyek itu berjalan, tentara Jepang menyerbu, dan Belanda angkat kaki. Maka, pepaya gunung itu tumbuh di Dieng tanpa punya nilai ekonomi.
Baru kemudian bisnis manisan carica di Wonosobo tumbuh awal 1980-an. Secara perlahan, manisan itu diiterima oleh pasar lokal dan berkembang hingga sekarang.
Meski Normal, Bersendawa Secara Terus Menerus Bisa Jadi Karena Beberapa Penyakit Ini
Sentra produksi carica di Kecamatan Kejajar, yang membawahi sebagian Dataran Tinggi Dieng. Pohon ini berbuah sepanjang tahun, dan puncaknya pada Maret-April, ketika tanah masih cukup basah oleh hujan, tapi awan-awan tebal sudah mulai menepi.
Pada saat itu, puluhan buah carica yang berukuran sekepalan tangan bergerombol berdesakan di batang pohon. Buah yang kuningnya rata siap disantap. Namun, yang lebih afdol adalah jus, selai, dan terutama manisannya.
Diperkirakan saat ini produksi buah carica itu mencapai 1.100 – 1.200 ton per tahun. Hampir semuanya terserap untuk manisan.
Pengaman Ganda Ala Mbah Cebret Bakul Pentol Sragen untuk Tangkal Corona
Hanya sebagian kecil yang diolah menjadi selai. Industri kecil manisan carica itu hanya ada di sekitar Wonosobo. Dengan begitu, tak berlebihan bisa manisan carica memang khas Dieng.