by Astrid Prihatini Wd Newswire - Espos.id Lifestyle - Selasa, 5 Oktober 2021 - 21:45 WIB
Esposin, SOLO-Praktik layanan pijat plus plus sesama jenis untuk pria homoseks di Kota Solo terbongkar pada akhir September 2021 lalu. Dari fakta yang terungkap, lokasi itu dijadikan tempat berhubungan seks laki-laki dengan laki-laki.
Ternyata, di Kabupaten Wonogiri, juga juga ditemukan fakta orientasi hubungan seksual sesama jenis atau laki-laki seks laki-laki (LSL) atau pria homoseks. Jumlah mereka mencapai ratusan yang terdata. Perilaku seperti ini wajib diwaspadai.
Hal ini lantaran pria homoseks lebih rentan terkena HIV/AIDS. Di seluruh dunia, angka kasus HIV pada pasangan laki-laki sesama laki-laki (gay) terus mengalami peningkatan. Pada awalnya, kasus ini banyak ditemui di negara-negara maju seperti Amerika Serikat pada tahun 1980an. Saat ini kasus HIV pada pasangan gay telah menurun di negara-negara maju, tapi mulai merebak di negara-negara berkembang di Afrika, Asia Selatan, dan Asia Tenggara, termasuk Indonesia
Baca Juga: Waduh! Sedikitnya 200 Laki-Laki di Wonogiri Lakukan Homoseks LSL
Baca Juga: Waduh! Sedikitnya 200 Laki-Laki di Wonogiri Lakukan Homoseks LSL
Lalu mengapa pria homoseks lebih berisiko kena HIV?
Mengutip laman hellosehat.com, Selasa (5/10/2021), HIV atau Human Immunodeficiency Virus adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Karena bersifat retrovirus, HIV bisa berkembang biak dan menggandakan diri dalam sel tubuh manusia.
Tak jarang virus ini dihubungkan dengan penyakit menular seksual karena penyebarannya yang serupa. HIV dan penyakit menular seksual sama-sama bisa ditularkan lewat hubungan seks tanpa alat kontrasepsi dan/ atau dengan pasangan yang bergonta-ganti.
Ini berarti baik pasangan gay maupun heteroseksual (beda jenis) sama-sama memiliki risiko terserang HIV. Untuk memahami mengapa hubungan seks sesama jenis lebih berisiko HIV, simak alasannya berikut ini.
Baca Juga: Pelaku Homoseks LSL Wonogiri, dari Orang Biasa sampai Pegawai Kantoran
Ada beberapa alasan yang menyebabkan mengapa pria homoseks lebih berisiko terkena HIV. Alasan-alasan tersebut sangat beragam dan rumit, mulai dari faktor-faktor biologis, gaya hidup, dan sosial. Itulah mengapa pencegahan terhadap kasus HIV pada pasangan gay masih sulit untuk digalakkan.
Berikut ini faktor penyebab pria homoseks lebih berisiko kena HIV:
Pasalnya, jaringan dan lubrikan alamiah pada anus dan vagina sangat berbeda. Vagina memiliki banyak lapisan yang bisa menahan infeksi virus, sementara anus hanya memiliki satu lapisan tipis saja.
Selain itu, anus juga tidak memproduksi lubrikan alami seperti vagina sehingga kemungkinan terjadinya luka atau lecet ketika penetrasi anal dilakukan pun lebih tinggi. Luka inilah yang bisa menyebarkan infeksi HIV.
Baca Juga: Arti Mimpi Naik Kereta Api, Benarkah Pertanda Bakal Pergi Jauh?
Infeksi HIV juga bisa terjadi jika ada kontak dengan cairan rektal pada anus. Cairan rektal sangat kaya akan sel imun sehingga virus HIV mudah melakukan replikasi atau penggandaan diri.
Cairan rektal pun menjadi sarang bagi HIV. Maka, jika pasangan yang melakukan penetrasi telah positif mengidap HIV, virus ini akan dengan cepat berpindah pada pasangannya lewat cairan rektal pada anus. Tak seperti vagina, anus tidak memiliki sistem pembersih alami sehingga pencegahan infeksi virus lebih sulit dilakukan oleh tubuh.
Para anggota berbagai komunitas LGBT, terutama pada daerah tertentu, memiliki jaringan dan hubungan yang sangat erat. Akibatnya, jika seorang gay berganti-ganti pasangan seksual, biasanya dia pun akan memilih pasangan yang berasal dari komunitas yang sama.
Baca Juga: Bisa Atur Kentut Sesuka Hati, Pria Ini Raih Rekor Dunia
Inilah yang menyebabkan penularan HIV jadi lebih marak ditemukan pada kasus penyuka sesama jenis alias kaum homoseksual. Di samping itu, masih banyak pasangan gay yang melakukan hubungan seks tanpa alat pengaman, misalnya kondom.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, seks anal lebih berisiko menularkan HIV. Tentu hal ini akan jadi semakin berbahaya jika seks anal dilakukan tanpa kondom. Penularan HIV akibat perilaku seks bebas ini sebenarnya sangat bisa dicegah dengan mempraktikkan seks yang aman dan tidak berganti-ganti pasangan.
Sementara pada tahap infeksi akut ini biasanya gejala-gejala yang dialami disalahpahami sebagai gejala flu biasa.