style
Langganan

Asal Usul Papeda, Makanan Khas Papua yang Dianggap Kisah Penjelmaan Manusia - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Nugroho Meidinata  - Espos.id Lifestyle  -  Jumat, 20 Oktober 2023 - 10:24 WIB

ESPOS.ID - Papeda, makanan khas Indonesai Timur. (X/TAJ02ISA)

Esposin, SOLO — Asal usul papeda ternyata cerita yang menarik, apalagi makanan khas Indonesia Timur, Papua dan Maluku itu menjadi Google Doodle pada Jumat (20/10/2023).

Google pada keterangan menyebut delapan tahun silam, tepatnya 20 Oktober 2015, papeda ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO. Makanan khas Papua dan Maluku ini bahan utamanya merupakan tepung sagu yang berasal dari batang pohon sagu yang banyak tersebar di Indonesia. Namun, untuk membuat papeda harus menggunakan sagu yang diambil langsung dari pohonnya dengan cara dikerok.

Advertisement

Sagu yang telah diambil dari pohonnya direndam dan akan ada endapan sagu di bawahnya. Air tadi dibuang dan endapan sagu langsung diberi air mendidih. Setelah itu, langsung diaduk hingga bening dan menjadi papeda yang siap disantap dengan ikan kuah kuning.

Menjadi santapan lezat bagi masyarakat Papua, papeda yang jadi Google Doodle pada Jumat (20/10/2023) ternyata mempunyai asal usul yang unik. Mengutip informasi di laman resmi Indonesia.go.id, makanan yang juga disebut dengan dao ini terkenal luas dalam masyarakat adat Sentanu dan Abrab di Danau Sentani dan Arso, juga Manokwari. Makanan kenyal ini sering dihidangkan saat acara-acara penting di wilayah Papua, Maluku, dan sekitarnya. Sehingga tak heran jika papeda menjadi salah satu warisan kuliner Nusantara yang khas.

Asal Usul Papeda

Sebagai makanan tradisional yang khas, papeda menyimpan riwayat sejarah. Masyarakat adat Papua begitu menghormati sagu lebih dari sekadar makanan lezat. Suku-suku di Papua mengenal mitologi sagu dengan kisah penjelmaan manusia.

Oleh masyarakat Raja Ampat, sagu memang dianggap sebagai sesuatu yang begitu istimewa. Itulah sebabnya, saat memanen sagu mereka acap menggelar upacara khusus sebagai rasa syukur dan penghormatan akan hasil panen (sagu) yang melimpah, sehingga dapat memenuhi kebutuhan seluruh keluarga di sana.

Advertisement

Dalam cerita asal usulnya, papeda juga kerap kali muncul pada upacara adat Papua, yakni Watani Kame. Upacara tersebut dilakukan sebagai tanda berakhirnya siklus kematian seseorang. Nantinya, papeda dibagikan paling banyak kepada relasi yang sangat membantu pada upacara Watani Kame tersebut.

Di Inanwatan, papeda bersama daging babi juga menjadi makanan yang wajib disajikan saat upacara kelahiran anak pertama. Di daerah tersebut, papeda juga dimakan oleh wanita-wanita ketika proses pembuatan tato sebagai penahan rasa sakit.

Sementara itu, di Pulau Seram, Maluku, Suku Nuaulu menyantap papeda atau di sana disebut sebagai sonar monne. Makanan itu telah disakralkan dalam ritual perayaan masa pubertas seorang gadis. Selain itu, Suku Nuaulu dan Suku Huaulu juga melarang wanita yang sedang dalam masa haid dari memasak papeda, karena menurut mereka proses merebus sagu menjadi papeda dianggap tabu.

Advertisement
Nugroho Meidinata - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif