style
Langganan

8 Juni Hari Wafatnya Nabi Muhammad SAW, Simak Kisahnya - Espos Indonesia dari Solo untuk Indonesia

by Nugroho Meidinata  - Espos.id Lifestyle  -  Kamis, 8 Juni 2023 - 15:23 WIB

ESPOS.ID - Ilustrasi kedatangan pedagang Arab dan Gujarat ke Indonesia. (Freepik)

Esposin, SOLO — Pada 8 Juni menjadi hari yang bersejarah bagi umat Islam di seluruh penjuru dunia karena di tanggal tersebut, Nabi Muhammad SAW wafat.

Mengutip laman resmi Nadhlatul Ulama (NU online), Nabi Muhammad SAW menghembuskan napas terakhir pada Senin, 12 Rabiul Awal 11 Hijriah atau 8 Juni 632 M di usia 63 tahun empat hari.

Advertisement

Hari yang bersejarah ini tentu tidak afdal jika tidak menyimak kisah hidup Rasulullah SAW.

Kisah Wafatnya Nabi Muhammad SAW

Salah satunya tentang kisah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Dalam cerita yang dituliskan di laman resmi NU online, ketika waktu salat subuh tiba di hari Senin, Nabi Muhammad SAW tidak ikut berjemaah yang diimami Abu Bakar ra. Beliau hanya menyingkap tabir kamar Aisyah dan memperhatikan saf-saf jemaah salat subuh tersebut.

Ketika waktu salat duha hampir habis, Nabi Muhammad SAW memanggil putrinya, Fatimah. Beliau membisikan sesuatu kepadanya, dan Fatimah pun menangis. Kemudian memanggilnya lagi dan membisikan sesuatu, lalu Fatimah tersenyum. Istri Rasulullah, Aisyah, yang mengetahui hal tersebut, lalu bertanya kepada Fatimah.

Advertisement

Ketika waktu salat duha hampir habis, Nabi Muhammad SAW memanggil putrinya, Fatimah. Beliau membisikan sesuatu kepadanya, dan Fatimah pun menangis. Kemudian memanggilnya lagi dan membisikan sesuatu, lalu Fatimah tersenyum. Istri Rasulullah, Aisyah, yang mengetahui hal tersebut, lalu bertanya kepada Fatimah.

Fatmah Ra menjawab, ”Nabi SAW membisikiku bahwa beliau akan wafat, lalu aku menangis. Kemudian, beliau membisiku lagi dan mengabarkan aku adalah orang pertama di antara keluarga beliau yang akan menyusul beliau," penjelasan dalam kitab Shahibul Bukhari.

Nabi Muhammad SAW juga mengabarkan kepada Fatimah bahwa dia adalah kaum wanita semesta alam. Ketika hendak wafat, Fatimah melihat penderitaan berat yang dirasakan oleh Rasulullah SAW sehingga dia berkata, ”Alangkah berat penderitaan ayah!” tetapi beliau menjawab, ”Sesudah hari ini, ayahmu tidak akan menderita lagi.”

Advertisement

Dalam keadaan hendak wafat, Nabi Muhammad SAW dalam keadaan sakit karena pengaruh racun yang beliau makan dari daging suguhan perempuan Yahudi ketiak Khaibar muncul.

Sebelum wafat, Rasulullah SAW memberi nasehat kepada orang-orang. "(perhatikanlah) salat dan budak-budak yang kalian miliki!” Beliau menyampaikan wasiat ini hingga beberapa kali.

Di saat-saat terakhir, Aisyah menyandarkan tubuh Rasulullah ke pangkuannnya. Aisyah lalu berkata sebagai berikut.

Advertisement

"Sesunguhnya di antara nikmat Allah yang dikaruniakan kepadaku adalah bahwa Rasulullah SAW wafat di rumahku, pada hari giliranku, dan di pangkuanku, serta Allah menyatukan antara ludahku dan ludah beliau saat beliau wafat. Ketika aku sedang memangku Rasulullah SAW, Abdurahman dan Abu Bakar masuk dan di tangannya ada siwak. Aku melihat Rasulullah SAW memandanginya, sehingga aku mengerti bahwa beliau menginginkan siwak. Aku bertanya ,’Kuambilkan siwak itu untukmu?’

Beliau memberi isyarat “ya” dengan kepala, lalu kuambilkan siwak itu untuk beliau. Rupanya siwak itu terasa keras bagi beliau, lalu kukatakan,’kulunakkan siwak itu untukmu?’ Beliau memberi isyarat”ya” lalu kulunakan siwak itu. Setelah itu aku menyikat gigi beliau dengan sebaik-baiknya siwak itu. Sementara itu, di hadapan beliau ada bejana berisi air. Beliau memasukan kedua tangannya ke dalam air itu, lalu mengusapkannya ke wajah seraya berkata,’La ilaha illallah, sesungguhnya kematian itu ada sekarat nya.” (Shahih Bukhari II, 640).

Seuasi bersiwak, beliau mengangkat kedua tangan beliau yang mulia, atau jari-jarinya mengarahkan pandangannya ke langit-langit, dan kedua bibirnya bergerak-gerak. Aisyah mendengarkan apa yang beliau katakan itu, beliau berkata,”Ya Allah ampunilah aku; Rahmatillah aku; dan pertemukan aku dengan Kekasih yang Maha Tinggi. Ya Allah, Kekasih Yang Maha Tinggi.” (Ad Darimi, Misykatul Mashabih, II: 547).

Advertisement

Beliau mengulang kalimat terakhir tersebut sampai tiga kali, lalu tangan beliau lunglai dan beliau kembali kepada Kekasih Yang Maha Tinggi. Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.

 
Advertisement
Nugroho Meidinata - Jurnalis Solopos Media Group, menulis konten di media cetak dan media online.
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif